Sudah Kantongi Izin Edar, Ini Khasiat Obat Herbal Herbavid-19

- Senin, 4 Mei 2020 | 12:42 WIB
Jamu herbavid19 (Twitter/@andre_rosiade)
Jamu herbavid19 (Twitter/@andre_rosiade)

Langkah Satgas Lawan Covid-19 DPR RI yang mengedarkan obat tradisional atau obat herbal ke sejumlah rumah sakit untuk membantu menangani pasien infeksi virus corona baru (Covid-19) menuai kontroversi. Banyak pihak yang menyayangkan langkah tersebut karena menganggap obat herbal tersebut berasal dari Tiongkok yang khasiatnya tak jauh berbeda dengan obat herbal Indonesia.

Akan tetapi tudingan tersebut dibantah oleh Pimpinan Satgas Lawan Covid-19 DPR RI Habiburokhman. Menurutnya, obat herbal bernama Herbavid19 itu diproduksi di Indonesia dan memiliki 11 jenis herbal. Delapan jenis herbal berasal dari Tanah Air sedangkan tiga jenis lainnya memang impor dari Tiongkok. Hal ini berdasarkan acuan dari jurnal ilmiah internasional.

Semula obat herbal tersebut belum mendapatkan izin edar. Namun beberapa hari lalu, Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) telah mengeluarkan nomor izin edar (NIE) untuk Herbavid19 dengan nomor registrasi TR203643421. Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan Kosmetik Badan POM Dra. Rr.Maya Gustina Andarini, Apt., M.Sc mengemukakan alasan dikeluarkannya NIE.

“NIE untuk produk Herbavid19 diterbitkan dengan klaim membantu memelihara daya tahan tubuh, pereda batuk, demam, dan melegakan tenggorokan, serta penandaan yang harus memenuhi ketentuan peraturan yang berlaku,” ujar Maya dalam pernyataan resminya saat dikonfirmasi Indozone, Senin (4/5/2020).

Lebih lanjut Maya mengatakan, produk obat herbal dari Satgas Lawan Covid-19 DPR RI tidak didistribusikan secara komersial. Jamu tersebut hanya untuk keperluan donasi atau terbatas.

Dirinya mengatakan, Badan POM memberikan prioritas terhadap ketersediaan produk obat, obat herbal, serta hand sanitizer gel yang digunakan untuk pencegahan dan penanganan Covid-19.

Penerbitan NIE untuk produk herbal dan suplemen yang digunakan dalam penanganan Covid-19 membutuhkan waktu tiga hingga delapan hari. Lama penerbitan bergantung dari tingkat kesulitan, kompleksitas formula, dan metode pembuatan produk. Dalam penerbitan NIE juga dilakukan evaluasi berdasarkan data empiris sebagai referensi penilaian. Evaluasi akan semakin cepat apabila ada data empiris.

“Dalam hal ini, obat herbal Satuan Tugas Lawan Covid-19 DPR RI sudah memiliki data empiris sehingga mempercepat evaluasi,” pungkas Maya.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Fahmy Fotaleno

Tags

Terkini

X