Cara Mengatasi Cabin Fever, Gangguan Psikologis Ketika PSBB

- Selasa, 28 April 2020 | 13:51 WIB
Ilustrasi seseorang yang mengalami cabin fever. (Pexels/Andrew Neel)
Ilustrasi seseorang yang mengalami cabin fever. (Pexels/Andrew Neel)

Karantina mandiri di rumah selama masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) rentan memicu terjadinya masalah psikologis. Hal ini dikarenakan adanya perubahan situasi dalam kehidupan sehari-hari yang menuntut penyesuaian atau adaptasi diri. Di masa ini, masyarakat tidak begitu leluasa untuk melakukan kegiatan di luar rumah.

Salah satu masalah psikologis yang mungkin terjadi adalah cabin fever. Belakangan ini cabin fever tengah ramai diperbincangkan. Cabin fever muncul ketika seseorang tidak mampu keluar dari fase kritis atau fase recovery di dalam proses adaptasi. Akibatnya muncul perasaan jenuh, bosan motivasi menurun, tidak semangat, dan sebagainya karena harus terisolasi dalam jangka waktu panjang.

Salah satu cara untuk mengatasi cabin fever adalah menerima kondisi yang terjadi sekarang ini. Ketika sudah bisa menerima, maka mulailah mencari aktivitas baru yang membuat diri sendiri nyaman dengan perubahan situasi. Apabila rasa nyaman itu muncul, maka akan timbul strategi untuk menghadapi perubahan situasi.

"Enggak hanya mencari aktivitas baru, yang paling penting ketika merasa bosan, lemas, cemas, dan perasaan enggak nyaman lainnya, enggak apa-apa dirasakan dulu karena wajar banget. Jadi kayak validasi diri sendiri. Tapi pada akhirnya harus bikin keputusan sendiri, mau sampai kapan," ujar psikolog klinis dewasa, Catharina Sri Indah Gunarti, M.Psi kepada Indozone saat dihubungi melalui sambungan telepon.

Cara lainnya adalah tetap terkoneksi dengan orang lain. Entah itu mengobrol langsung dengan anggota keluarga yang ada di rumah atau terhubung dengan teman-teman melalui video call. Psikolog yang akrab disapa Indah itu menyarankan untuk berkomunikasi dengan orang lain sebaiknya menggunakan video call daripada telepon biasa.

-
Ilustrasi video call. (Pexels/Julia M Cameron)

 

 "Kalau ngobrol lewat video call rasanya berbeda karena bisa melihat aktivitas orang lain. Jadinya hidup terasa lebih real, lebih nyata. Selain itu, ternyata aktivitas otak juga jadi lebih aktif ketika melakukan video call dibandingkan phone call," ucap Indah.

Lalu cara selanjutnya adalah keluar rumah atau keluar kamar. Tidak perlu jauh-jauh, cukup satu langkah setelah membuka pintu untuk melihat situasi di luar. Entah itu di luar rumah maupun luar kamar jika tinggal di kost-kostan. Tapi usahakan untuk terpapar sinar matahari.

"Hanya sekadar melihat kondisi di luar, terkena sinar matahari dan udara segar bisa membuat refresh. Kemudian yang penting lagi adalah olahraga, aktivitas fisik," ujar Indah.

Olahraga yang disarankan adalah latihan intensitas rendah hingga sedang. Hindari dulu olahraga intensitas berat agar tubuh tidak menjadi stres karena otot juga memerlukan penyesuaian. Olahraga seperti sit-up, push-up, atau senam aerobik apabila dilakukan secara konsisten bisa menekan kebosanan.

"Saat olahraga ada hormon oksitosin yang dilepaskan sehingga membantu untuk lebih bahagia dan termotivasi untuk melakukan aktivitas lain. Namun apabila dalam waktu seminggu atau dua minggu, cara-cara tersebut sudah dilakukan namun tidak berpengaruh apa-apa, itu berarti tandanya perlu berkonsultasi dengan profesional," tandas Indah.


Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Edi Hidayat

Tags

Terkini

X