Dikembangkan Jadi Obat, Bagaimana Amannya Konsumsi Ganja?

- Senin, 20 April 2020 | 14:25 WIB
Ilustrasi daun ganja. (Unsplash/Kimzy Nanney)
Ilustrasi daun ganja. (Unsplash/Kimzy Nanney)

Legalisasi ganja di sejumlah negara masih memicu perdebatan. Belum adanya evidence based atau bukti ilmiah yang kuat membuat dokter belum menjadikan obat-obat yang terbuat dari zat aktif di ganja sebagai pilihan utama. Sebab ada sejumlah efek samping yang belum dikemukakan.

Selain itu, penggunaan ganja dalam dunia medis bukan semata hanya daun tanaman cannabis sativa yang dikeringkan. Menurut peneliti dan pakar adiksi dari Institute of Mental Health Addiction And Neuroscience (IMAN), dr Hari Nugroho, yang digunakan secara medis adalah zat aktif yang terkandung pada ganja atau marijuana. Ada ratusan zat aktif tapi yang sekarang digunakan adalah cannabidiol (CBD).

"Dokter tidak menganjurkan penggunaan daun ganja kering yang sebagai rokok, tentu itu membahayakan kesehatan. Penggunaan ganja yang memang diapprove kayak obat Epidiolex, bentuknya zat aktif yang dibuat pabrikan farmasi, jadi tersandar," ujar dr Hari kepada Indozone saat dihubungi melalui sambungan telepon, Senin (20/4/2020).

-
Ilustrasi daun ganja. (Unsplash/Roberto Valdivia)

Bukan hanya penggunaan daun ganja kering sebagai rokok yang dilarang, tapi juga CBD oil yang bukan dibuat oleh pabrikan farmasi. Dikatakan oleh dr Hari, di Eropa banyak CBD oil yang dijual. Tapi setelah dilakukan penelitian, ternyata kandungan di dalamnya bukan CBD melainkan synthetic cannabinoids atau ganja sintetis. Di Indonesia ganja sintetis dikenal dengan nama tembakau gorila.

"Penggunaannya sangat membahayakan dan bisa menimbulkan efek samping yang lebih berat," kata dr Hari.

Sementara itu, meskipun sudah ada obat yang mengandung zat aktif dari ganja, belum ada takaran pasti untuk penggunaannya. Selama ini, data-data yang ada sifatnya hanya eksperimen sehingga dosis penggunaan ganja sebagai obat belum diketahui. Para ahli terus mengembangkan penelitian untuk mencari tahu rentang dosis aman atau lethal dose

"Rentang dosis efektif sedang dicari. Praktik yang ada saat ini belum pada tingkatan yang mengetahui LD50, rentang dosis yang aman dan efektif," pungkas dr Hari.


Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Fahmy Fotaleno

Tags

Terkini

7 Rekomendasi Makanan yang Menyehatkan Ginjal

Sabtu, 20 April 2024 | 09:05 WIB

10 Jenis Makanan yang Harus Dihindari Saat Migrain

Sabtu, 20 April 2024 | 08:30 WIB
X