Mengenal Kanker Limfoma dari Jenis, Gejala hingga Pengobatan

- Minggu, 17 November 2019 | 09:34 WIB
Ilustrasi. (Pixabay/nastya_gepp)
Ilustrasi. (Pixabay/nastya_gepp)

Dari berbagai jenis kanker yang populer, seperti kanker payudara, serviks atau paru-paru, ada jenis kanker yang dinilai agresif dan berbahaya, yakni kanker limfoma hodgkin, atau kanker kelenjar getah bening. Kanker jenis ini menyerang sistem kelenjar getah bening yang merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh. 

Secara global, lebih dari 62 ribu orang terdiagnosis menderita kanker limfoma hodgkin, setiap tahun 25 ribu orang meninggal. Menurut Data Globocan, angka tersebut diprediksi mengalami peningkatan pada 2020.

Limfoma dapat dikategorikan ke dalam 2 jenis, yaitu limfoma Hodgkin dan limfoma non-Hodgkin. Perbedaan utamanya terletak pada jenis sel limfosit yang diserang kanker. Hal ini dapat diketahui melalui pemeriksaan dengan mikroskop.

Limfoma non-Hodgkin lebih sering terjadi dibandingkan limfoma Hodgkin. Namun sayangnya, limfoma non-Hodgkin lebih berbahaya daripada limfoma Hodgkin. Pada banyak kasus, limfoma non-Hodgkin memiliki tingkat kesembuhan yang lebih rendah dibandingkan limfoma Hodgkin.

Dr. dr. Ikhwan Rinaldi, SpPD-KHOM, M.Epid, Dokter Spesialis Hematologi Onkologi Medik RSCM menjelaskan, Limfoma Hodgkin memiliki angka kesembuhan yang tinggi. Meski demikian, masih ada kemungkinan kecil (10-30 persen) kambuh.

Gejala paling umum ynag ditimbulkan dari limfoma hodgkin adalah pembengkakan yang tidak menyakitkan di kelenjar getah bening, biasanya di leher, ketiak atau selangkangan.

Tanda lain bisa meliputi kelelahan terus menerus, demam, berkeringat pada malam hari, penurunan berat badan tanpa sebab, gatal, serta peningkatan kepekaan terhadap efek alkohol atau rasa sakit di kelenjar getah bening setelah mengonsumsi alkohol.

Hingga saat ini, penyebab pasti lymphoma (limfoma) belum diketahui secara pasti. Namun, ada faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena limfoma, antara lain:

  • Berusia 60 tahun ke atas, lebih berisiko terkena limfoma non-Hodgkin
  • Berusia antara 15-40 tahun atau lebih dari 55 tahun, lebih berisiko terkena limfoma Hodgkin
  • Pria lebih berisiko terkena kanker limfoma hodgkin
  • Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, misalnya akibat HIV/AIDS atau mengonsumsi obat imunosupresan untuk jangka panjang
  • Menderita penyakit autoimun, seperti rheumatoid arthritis, sindrom Sjögren, lupus, atau penyakit celiac
  • Menderita infeksi akibat Epstein-Barr, pylori, atau hepatitis C
  • Terpapar benzene atau pestisida
  • Pernah menjalani radioterapi
  • Memiliki anggota keluarga yang menderita limfoma

Seseorang perlu pergi berkonsultasi ke dokter ketika mengalami timbul benjolan di leher, ketiak, atau selangkangan akibat pembengkakan kelenjar getah bening. Benjolan tersebut bisa menjadi salah satu tanda dari penyakit limfoma.

Dokter akan menanyakan keluhan dan gejala yang dialami oleh penderita dan melakukan pemeriksaan fisik. Saat melakukan pemeriksaan fisik, dokter akan memeriksa apakah ada pembengkakan pada kelenjar getah bening di leher, ketiak, atau selangkangan, serta memeriksa organ hati dan limpa.

Ketua Perhimpunan Hematologi dan Transfusi Darah Indonesia (PHTDI) dan Persatuan Hematologi Onkologi Medik Ilmu Penyakit Dalam Indonesia (PERHOMPEDIN), Dr. dr. Tubagus Djumhana Atmakusuma, SpPD KHOM, FINASIM mengatakan, diagnosa penyakit limfoma pada umumnya dilakukan dengan mengidentifikasi keberadaan sel reed-sternberg dan antigen yang bernama CD30.

Beberapa pemeriksaan yang umumnya dilakukan untuk mendiagnosis LH yaitu: 

  • Pemeriksaan fisik Tes pencitraan seperti X-ray
  • CT Scan
  • PET Scan 
  • Tes darah
  • Biopsi, digunakan untuk mengambil sebagian atau keseluruhan kelenjar getah bening

Pengobatan limfoma akan disesuaikan berdasarkan kondisi kesehatan, usia, serta jenis dan stadium limfoma yang dialami penderita. 

Artikel Menarik Lainnya

Editor: Administrator

Terkini

X