Beda dengan Orang Dewasa, HIV Pada Anak Biasanya Langsung Muncul Gejala Berat

- Sabtu, 3 Desember 2022 | 13:00 WIB
Ilustrasi anak sakit. (FREEPIK/prostooleh)
Ilustrasi anak sakit. (FREEPIK/prostooleh)

Belum lama ini Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengatakan bahwa ditemukan lebih dari 12 ribu anak di bawah usia 14 tahun terinfeksi HIV dalam kurun waktu 2010 sampai September 2022.

"HIV pada anak yang diketahui status HIV-nya di Indonesia ini sebanyak 12.553 anak dengan  usia 14 tahun ke bawah," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes, Imran Pembudi dala Temu Media Hari AIDS Sedunia.

Melihat tingginya kasus HIV pada anak-anak Indonesia orang tua wajib mengetahui gejala HIV yang timbul pada anak-anak, agar bisa segera dicegah.

Baca juga: Indonesia Sentuh 519 Ribu Kasus HIV! Yuk, Kenali Tahap Berkembangnya di Tubuh Kita

Dokter spesialis anak dari RSAB Harapan Kita dr. Dwinanda Aidina, Sp.A(K) mengatakan anak yang terinfeksi virus HIV dapat memperparah sistem kekebalan tubuhnya sehingga biasanya langsung diikuti dengan kemunculan gejala yang berat.

"Anak-anak sendiri, kita tahu, dia kan sudah memang golongan usianya lebih rentan terhadap infeksi ditambah dia terinfeksi virus (HIV) yang makin memperparah kekebalan tubuhnya. Jadi biasanya kalau anak-anak yang terinfeksi HIV ini gejalanya langsung berat,” kata Dwinanda, dikutip dari Antara.

Menurutnya, kondisi yang dialami anak berbeda dibanding dengan orang dewasa yang terinfeksi HIV.

Pada orang dewasa, terkadang tidak muncul gejala ketika terinfeksi HIV. Hal itu terjadi karena sistem kekebalan tubuh orang dewasa sudah lebih matang sehingga sel CD4-nya belum terlalu turun. HIV bahkan bisa menunjukkan gejala berat setelah 5-10 tahun.

“Kalau pada anak biasanya yang terdiagnosis awal penyakitnya berat, imunosupresi-nya sangat berat rata-rata,” ujar Dwinanda.

Gejala berat yang dialami anak-anak dengan HIV misalnya demam berkepanjangan, berat badan yang sulit naik yang dapat berujung menjadi gizi buruk, diare yang tak kunjung sembuh, hingga infeksi oportunistik seperti TBC, infeksi paru yang berat, atau infeksi jamur yang berat.

Dwinanda juga menjelaskan penularan HIV dapat terjadi melalui dua cara yaitu penularan horinzontal atau antar-manusia dan vertikal atau melalui kelahiran dari ibu yang positif HIV. Pada anak penularan HIV dapat terjadi terutama melalui cara vertikal.

Baca juga: Kenali Risiko Kematian Penyakit HIV yang Ditudingkan ke Denise Chariesta

Pengobatan pada anak yang terinfeksi HIV hampir sama dengan orang dewasa melalui terapi antiretroviral (ARV), namun memiliki beberapa batasan. Misalnya hanya jenis ARV tertentu yang bisa diberikan jika anak berusia di bawah 3 tahun atau anak dengan berat badan minimal tertentu.

Yang harus diingat oleh orang tua dan pengasuh, imbuh Dwinanda, pemberian ARV pada anak harus komitmen dilakukan seumur hidup. Apabila putus obat, maka dikhawatirkan terjadi kondisi resistensi terhadap ARV.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

X