Bayi Prematur Sumbang Resiko Tingginya Angka Stunting Secara Nasional, Ini Kata BKKBN

- Senin, 4 April 2022 | 18:29 WIB
Ilustrasi anak 'stunting' atau kerdil yang antara lain disebabkan kurang gizi. (ANTARA/HO-Istimewa)
Ilustrasi anak 'stunting' atau kerdil yang antara lain disebabkan kurang gizi. (ANTARA/HO-Istimewa)

Kelahiran bayi prematur menjadi tantangan bagi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menurunkan angka stunting secara nasional.

“Lahirnya bayi-bayi sebelum waktunya atau prematur sangat berkontribusi pada lahirnya anak stunting," kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dalam Forum Merdeka Barat (FMB9) Cegah Stunting, Tingkatkan Daya Saing yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin (4/4/2022).

Seperti yang dilaporkan Antara, Hasto mengungkapkan, berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, bayi prematur yang lahir di Indonesia masih ada sebanyak 29,5 persen.

Selain bayi prematur, sebanyak 22,6 persen bayi juga berpotensi lahir dalam keadaan stunting karena memiliki panjang badan kurang dari 48 sentimeter.

Hal tersebut disebabkan pada saat janin berada di dalam kandungan mengalami pertumbuhan yang lambat.

Banyaknya bayi yang lahir dalam keadaan prematur dan memiliki panjang badan kurang dari 48 sentimeter, kemudian menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah dalam memberikan intervensi baik yang sensitif maupun spesifik.

“Bisa dibayangkan ada hampir seperempat lebih orang hamil melahirkan sebelum waktunya. Ini juga menjadi kendala,” ucap Hasto.

Hasto juga menyatakan, waktu yang dimiliki pemerintah untuk mencapai target 14 persen pada tahun 2024 mendatang, hanya tersisa sekitar 2,5 tahun lagi sehingga diperlukan strategi yang cerdas dalam mengentaskan stunting.

Strategi tersebut, kata Hasto, dapat dilakukan dengan cara menghitung berapa banyak balita Indonesia yang akan lahir hingga tahun 2024 termasuk menyusun data secara rinci dan akurat baik nama maupun alamat agar bisa mengetahui keluarga mana yang memiliki risiko stunting.

Program Keluarga Berencana (KB) juga harus terus digencarkan supaya membantu para ibu memberikan jarak pada setiap kehamilan.

Ia mengatakan, dalam kurun waktu setahun, terdapat kemungkinan sebanyak 4,8 juta bayi akan lahir.

Sedangkan dalam sisa waktu 2,5 tahun tersebut, jumlah bayi yang lahir bisa menyentuh sekitar 12 juta bayi.

“Maka 2,5 tahun lagi sekitar hampir mencapai 12 juta yang akan lahir. Kita harus mengawal orang hamil kurang lebih 11 sampai 12 juta. Mulai hari ini, harus dikawal betul yang mau hamil dan yang hamil,” kata dia.

Walaupun demikian, Hasto mengatakan pandemi COVID-19 sudah cukup membaik sehingga dirinya optimis setidaknya menurunkan angka stunting sebanyak tiga persen di tahun 2022.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

Hindari 4 Makanan ini Saat Kamu Anemia!

Selasa, 23 April 2024 | 16:00 WIB

Simak Gejala Sifilis yang Penting untuk Diwaspadai!

Minggu, 21 April 2024 | 19:13 WIB
X