Dokter: Gejala Varian Delta dan Omicron Susah Dibedakan

- Kamis, 7 April 2022 | 15:54 WIB
Seorang warga di Jakarta melakukan vaksin booster. (Reuters/Willy Kurniawan)
Seorang warga di Jakarta melakukan vaksin booster. (Reuters/Willy Kurniawan)

Dokter spesialis penyakit dalam, dr RA. Adaninggar PN, Sp.PD mengungkapkan bahwa tidak pernah ada dua varian yang sama-sama dominan di suatu tempat atau di sutau negara. Varian yang lebih cepat menular akan mendominasi di suatu daerah dan ini terjadi pada Omicron.

Berdasarkan hasil dari Genome Sequencing, Omicron sudah mendominasi kasus penyebaran, dengan 96 persen. Sedangkan sisanya yang 4 persen adalah varian lain. Sementara itu, untuk gejalanya, dr Ning mengungkapkan bahwa tidak ada yang bisa membedakannya.

Baik itu varian Delta maupun varian Omicron, sama-ama bisa menyebabkan anosmia. Hanya saja anosmia tidak sebanyak yang dialami oleh penderita Delta.

Baca juga: Inilah Gejala Deltacron, Varian COVID-19 Kombinasi Delta dan Omicron yang Baru Muncul

Adapun gejala umum yang dialami oleh penderita Omicron, yaitu infeksi saluran pernapasan atas seperti sakit tenggorokan dan batuk pilek. Sementara itu, mereka yang dirawat di rumah sakit akibat Omicron tetap mengalami gejala yang sama seperti pasien dengan varian sebelumnya, yakni badai sitokin dan pneumonia.

"Oleh karena itu, apa pun variannya, kita tidak dapat mengatakan bahwa varian ini tidak lebih berbahaya dari Delta," tutur dr Ning dalam keterangan resmi Good Doctor Technology Indonesia dikutip pada Kamis (7/4/2022).

Menurut dr Ning,  virus akan terus bermutasi membentuk varian dan varian juga akan membentuk subvarian. Hal tersebut dianggap biasa karena ini merupakan sifat alami dari virus.

Seperti varian Delta yang juga memiliki puluhan subvarian. Subvarian Siluman (BA.2) cukup menghebohkan karena di beberapa negara yang kasus Omicronnya sudah lebih dulu tinggi, menduga bahwa BA.2 menjadi salah satu penyebab yang menghambat penurunan kasus.

Dari beberapa penelitian terbukti bahwa BA.2 bersifat dua setengah kali lipat lebih menular dibandingkan BA.1. Namun, secara penelitian di laboratorium, tingkat keparahan akibat subvarian BA.2 ini mirip Delta, jadi lebih banyak di paru-paru daripada di saluran pernapasan atas seperti BA.1.

Salah satu hal yang harus dilakukan sebagai bentuk pencegahan yaitu dengan melakukan vaksinasi. Sebab, vaksin sudah terbukti mencegah gejala berat dan kematian.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

X