Dibalik keresahan warga dunia karena pandemi virus corona yang sampai saat ini belum berakhir, para professional medis yang awalnya meraba-raba, sampai kini lebih mulai memahami obat yang bekerja.
Sumber daya medis intensif juga sudah meningkat. Dan dokter sudah belajar untuk menahan penggunaan ventilator untuk beberapa pasien, tidak seperti banyak penyakit pernapasan parah lainnya.
Kepala Satuan Tugas Penelitian COVID-19 Klinik Mayo, Andrew Badley.yang merupakan dokter dan ahli mengatakan bahwa taktik medis yang lebih baik dan perawatan dini, membantu meningkatkan hasil untuk pasien yang sakit.
"Kesiapsiagaan perawatan kesehatan hari ini jauh lebih baik dibanding di bulan Februari dan Maret," kata Badley dalam sebuah wawancara, dilansir Times of India, Senin (28/09).
"Kami memiliki akses diagnosis yang lebih baik dan lebih cepat. Kami memiliki lebih banyak pengetahuan tentang obat apa yang harus digunakan dan obat apa yang tidak boleh digunakan. Kami memiliki lebih banyak perawatan eksperimental yang tersedia. Semua itu berkontribusi pada kemungkinan peningkatan dalam tingkat kematian," lanjut dia.
Terdapat sebuah studi yang mengamati 4.689 pasien COVID-19 rawat inap dari Maret hingga Juni di New York, dengan menyesuaikan tingkat kematian pasien untuk faktor-faktor seperti, usia, ras, obesitas,dan penyakit mendasar yang mungkin mereka derita.
Diketahui bahwa pada paruh pertama bulan Maret, angka kematian pasien rawat inap adalah 23 persen. Sementara di bulan Juni, angkanya turun menjadi 8 persen.
Penelitian ini belum ditinjau oleh rekan sejawat, yaitu sebuah proses di mana para ahli lain ikut memeriksa pekerjaan tersebut. Meski demikian, kabar baik ini bukan berarti kita jadi melonggarkan protokol kesehatan.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, menekankan pentingnya mangenakan masker. Karena masker masih menjadi perlindungan terbaik dari virus corona.
Lebih lanjut, para ahli memperingatkan, virus itu masih sangat berbahaya dan dapat membunuh bahkan individu yang tampaknya sehat.
"Bahkan dengan perbaikan ini, ini bukanlah penyakit jinak. Ini tidak berarti virus corona sekarang menjadi penyakit tidak berbahaya. Ini tetap menjadi ancaman yang sangat serius bagi kesehatan masyarakat," ujar Leora Horwitz, profesor kesehatan populasi dan kedokteran di Sekolah Kedokteran Grossman Universitas New York, yang melakukan studi di rumah sakit COVID-19 di New York.
Artikel Menarik Lainnya:
- Bocah ini Nangis Ikan Cupangnya Mati, Minta Diperlakukan Seperti ini Buat Terakhir Kalinya
- Viral Pria Ketemu Cewek Nangis di Pinggir Jalan, Pas Ditanya Kenapa Ternyata Karena Ini!
- Awalnya Nenek ini Sedih Dagangan Sepi, Tiba-tiba Ada Pemuda Lakukan Sesuatu, Auto Laris!