Wajib Tahu! Inilah Cedera Olahraga yang Umum Terjadi, Faktor Risiko dan Cara Mengatasinya

- Senin, 22 Agustus 2022 | 11:00 WIB
Para narasumber dalam acara Grand Opening Sport Medicine, Injury & Recovery Center (SMIRC) - RSPI Bintaro, Selasa (16/8/2022) (INDOZONE/Nandya)
Para narasumber dalam acara Grand Opening Sport Medicine, Injury & Recovery Center (SMIRC) - RSPI Bintaro, Selasa (16/8/2022) (INDOZONE/Nandya)

Keinginan memiliki gaya hidup sehat mendorong minat masyarakat termasuk Gen-Z dan milenial untuk semakin aktif berolahraga, loh. 

Kegiatan olahraga dilakukan oleh berbagai kalangan dengan latar belakang yang beragam, mulai dari orang awam (recreational athlete), pegiat olahraga (sport enthusiast), hingga atlet profesional. Namun, dari setiap kalangan gak menutup kemungkinan untuk mengalami gangguan kesehatan akibat cedera olahraga.

Semakin sering berolahraga, ternyata kamu semakin berisiko mengalami cedera loh kalau tidak berhati-hati saat berolahraga. Maka dari itu, kamu harus tau beberapa cedera yang kemungkinan akan terjadi.

Beberapa cedera olahraga yang umum terjadi antara lain cedera tendon Achilles, cedera ACL, cedera ankle, cedera hamstring, cedera lutut, hingga tennis elbow, dan golfer’s elbow.

Cedera ini dapat dipicu berbagai faktor risiko, seperti usia yang memengaruhi kekuatan dan elastisitas jaringan tubuh, pemanasan olahraga yang kurang optimal, durasi olahraga yang berlebihan tanpa diselingi istirahat, adanya akumulasi cedera sebelumnya yang belum tertangani dengan baik, serta pemilihan jenis olahraga yang banyak melibatkan kontak fisik antar pemain.

-
dr. Grace Joselini Corlesa, Sp.KO, MMRS dalam Grand Opening SMIRC RSPI Bintaro, Selasa (16/8/2022) (INDOZONE/Nandya)

Dokter spesialis kedokteran olahraga, dr. Grace Joselini Corlesa, Sp.KO, MMRS yang berpraktik di Sport Medicine, Injury & Recovery Center RS Pondok Indah – Bintaro Jaya menjelaskan,

“Ada banyak faktor penyebab terjadinya cedera saat berolahraga. Karenanya, saat pasien berkonsultasi pertama kali, kami akan menanyakan riwayat keluhan cedera secara lengkap termasuk kronologi kejadian, ada tidaknya riwayat pengobatan atau perawatan sebelumnya, hingga riwayat cedera terdahulu. Hal ini penting guna membantu dokter menegakkan diagnosis dan menentukan metode penanganan atau rencana terapi dan latihan yang sesuai dengan kondisi pasien.” ucap dr. Grace saat menjadi narasumber dalam Grand Opening SMIRC RSPI Bintaro, Selasa (16/8/2022)

Masing-masing kalangan tentu memiliki kebutuhan dan ekspektasi yang berbeda-beda akan pemulihan cederanya.

Pada tahap awal penanganan cedera olahraga, teknologi medis terkini seperti Cyrotheraphy (terapi dingin), Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS), dan Ultrasound Therapy cukup banyak digunakan untuk mengurangi nyeri dan mempercepat proses penyembuhan radang/inflamasi di area sekitar cedera.

-
dr. Antonius Andi Kurniawan, Sp.KO, Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga, Sport Medicine, Injury & Recovery Center RS Pondok Indah – Bintaro Jaya, dalam Grand Opening SMIRC RSPI Bintaro, Selasa (16/8/2022) (INDOZONE/Nandya)

“Cedera olahraga perlu mendapat penanganan agresif dan akurat dari tim medis kompeten untuk memastikan pasien dapat kembali berolahraga tanpa rasa sakit dan risiko cedera tidak berulang di kemudian hari. Penanganan pertama yang diberikan akan memengaruhi keseluruhan proses pemulihan pasien, mulai dari tingkat keparahan hingga lama durasi proses penyembuhan. Untuk itu, dukungan program pemulihan yang terdiri dari modalitas terapi dan terapi exercise yang tepat akan membantu proses penyembuhan pasien jadi lebih cepat,” ujar dr. Antonius Andi Kurniawan, Sp.KO, Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga, Sport Medicine, Injury & Recovery Center RS Pondok Indah – Bintaro Jaya.

Pada kasus cedera berat yang menyebabkan terjadinya robekan pada tendon, ligamen, dan tulang rawan, hingga robekan rotator cuff, pemeriksaan penunjang dengan modalitas pencitraan MRI dilakukan untuk mendapat gambaran jaringan lunak dalam tubuh dengan lebih jelas.

Jika didapati adanya kerusakan yang membutuhkan tindakan pembedahan, tindakan operasi minimal invasive dapat dilakukan dengan membuat sayatan kecil untuk menangani bagian yang mengalami cedera.

-
dr. Andi Nusawarta, M.Kes, Sp.OT (K-Sport), dokter spesialis bedah ortopedi konsultan sports injury & arthroskopi, Sport Medicine, Injury and Recovery Center RS Pondok Indah – Bintaro Jaya dalam Grand Opening SMIRC RSPI Bintaro, Selasa (16/8/2022) (INDOZONE/Nandya)

“Tindakan minimal invasive memberikan banyak manfaat bagi pasien dengan kasus cedera olahraga berat. Durasi operasi pada tindakan ini relatif lebih singkat, luka sayatan lebih kecil sehingga meminimalisir kemungkinan rusaknya otot di area sekitar tindakan, dan waktu pemulihan lebih cepat sehingga pasien dapat segera melanjutkan proses terapi pemulihan selanjutnya dengan lebih nyaman,” ungkap dr. Andi Nusawarta, M.Kes, Sp.OT (K-Sport), dokter spesialis bedah ortopedi konsultan sports injury & arthroskopi, Sport Medicine, Injury and Recovery Center RS Pondok Indah – Bintaro Jaya.

Tak hanya penanganan cedera olahraga yang membutuhkan penanganan agresif dan akurat. Para pasien yang baru menjalani operasi besar juga membutuhkan terapi pemulihan dan latihan agar dapat kembali beraktivitas dan berolahraga seperti sedia kala.

Halaman:

Editor: Edi Hidayat

Tags

Terkini

X