Fomepizole ialah obat gangguan ginjal akut yang akan diberikan kepada pasien. Obat ini merupakan rekomendasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai penangkal keracunan obat pada pasien gagal ginjal akut.
Obat yang direkomendasikan WHO ini juga diklaim memiliki efektivitas tinggi yakni di atas 90 persen.
Baca juga: Gagal Ginjal Akut Meresahkan, DPRD Dorong Dibangunnya RSUD Khusus Anak
"Penangkal ini telah direkomendasikan oleh WHO dengan efektivitas tinggi di atas 90 persen," kata juru bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril, dikutip dari Antara.
Pemerintah telah mengimpor Fomepizole ke Indonesia, dengan 26 vial datang dari Singapura dan 16 vial dari Australia.
"Selanjutnya pemerintah akan mendatangkan ratusan vial dari Jepang dan Amerika Serikat. Totalnya sekitar 200 vial," tambahnya.
Obat penangkal tersebut diujicoba pada 10 dari 11 pasien cedera ginjal akut di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Separuh pasien sembuh, sedangkan separuh lainnya dilaporkan stabil.
"Yang kami berikan obat itu adalah pasien yang menunjukkan gejala gagal ginjal yang diduga akibat keracunan," ujarnya.
Menurut pedoman medis, penggunaan Fomepizole harus disuntikkan lima kali.
Baca juga: Obat Penawar Gagal Ginjal Akut Didistribusikan Kemenkes ke RS Pemerintah
“Di RSCM ada yang sudah mendapat tiga dan empat suntikan, dan sudah menunjukkan perbaikan,” papar Syahril.
Kondisi pasien membaik dilihat dari volume urin kembali normal dan gejala lainnya mulai berkurang.
Setelah pasien dinyatakan sembuh, pemberian obat Fomepizole akan dihentikan.
Hingga 24 Oktober, total 255 pasien cedera ginjal akut telah tercatat di 26 provinsi. Setidaknya 143 pasien telah meninggal karena kondisi tersebut, atau setara dengan 56 persen dari total kasus.
