Pandemi Virus Corona Bikin Psikosomatis, Ini Alasannya

- Jumat, 27 Maret 2020 | 17:29 WIB
Ilustrasi psikosomatis. (Pexels/David Garrison)
Ilustrasi psikosomatis. (Pexels/David Garrison)

Informasi mengenai virus corona tau Covid-19 beredar luas di masyarakat. Entah itu di media massa, media sosial, maupun aplikasi pesan seperti WhatsApp. Informasi yang beredar tidak sepenuhnya benar dan malah bisa menimbulkan kepanikan.

Tak sedikit masyarakat yang tiba-tiba mengalami gejala seperti batuk, pilek, demam hingga sesak napas setelah membaca informasi tentang virus corona. Padahal, sebelum membaca informasi tersebut, mereka masih sehat-sehat saja dan tidak ada riwayat kontak dengan pasien positif maupun ODP Covid-19.

Gejala yang muncul pada masyarakat sehabis membaca informasi Covid-19, disebabkan oleh reaksi psikosomatik pada tubuh. Reaksi ini timbul setelah masyarakat mengalami kecemasan berlebih.

-
Ilustrasi psikosomatis. (Pexels/Robin Mitchell)

Pakar Hipnoterapi DR Adi W Gunawan, CCH dalam keterangan resminya mengatakan, benar atau tidaknya informasi tentang Covid-19 yang beredar, tetap terekam di Pikiran Bawah Sadar (PBS) seseorang sampai ada upaya secara sadar, untuk menggantinya dengan informasi lain.

“Semakin seseorang membaca dan mengingat gejala-gejala Covid-19, semakin ia mengulang dan memunculkan informasi ini di pikirannya. Hal itu membuat semakin kuat informasi, sehingga ia semakin terpengaruh lalu  menjadi semakin cemas dan takut,” kata Adi.

Saat seseorang membaca informasi tentang Covid-19, disadari atau tidak ia akan memeriksa kondisi fisiknya untuk melihat gejala-gejala yang mungkin muncul terkait penyakit tersebut.

Sebenarnya ini adalah hal yang wajar, karena setiap orang pasti ingin selamat dan tetap hidup. Di sisi lain, fungsi utama PBS adalah melindungi dan menjaga keselamatan hidup. Ketika orang tersebut terus melakukan pengecekan, maka PBS mendapat informasi bahwa itu adalah sesuatu yang penting.

“Sesuai hukum pikiran, apa yang menjadi fokus pasti bertumbuh dan menguat. Ini menjadi semakin kuat saat dilandasi emosi negatif intens. Akhirnya, PBS memunculkan gejala yang sama atau serupa dengan gejala Covid-19 yang dapat membuat orang tersebut menjadi semakin cemas, takut, panik, dan gejalanya semakin nyata, semakin kuat,” ujar Adi.

Sementara itu, ada 5 jalur yang membuat informasi masuk ke pikiran bawah sadar. Berikut ulasannya :

1. Otoritas

-
Ilustrasi psikosomatis. (Pixabay/mohamed Hassan)

Informasi benar atau salah, yang disampaikan oleh figur otoritas pasti dengan mudah masuk dan diterima oleh pikiran bawah sadar (PBS) sebagai kebenaran.

2. Emosi

-
Ilustrasi psikosomatis. (Pexels/Tim Gouw)

Setiap informasi yang diterima individu, bila disertai emosi intens, baik positif atau negatif, akan dicatat oleh PBS sebagai sesuatu yang penting.

3. Repetisi

-
Ilustrasi psikosomatis. (Pexels/Andrea Piacquadio)

Informasi serupa bila terus diulang, dilihat, dibaca, dibicarakan, diingat, dibayangkan, atau didengarkan pasti masuk ke memori PBS.

4. Identifikasi Kelompok

-
Ilustrasi psikosomatis. (Pexels/Markus Spiske)

Saat informasi ini diterima atau dinyatakan benar oleh satu kelompok atau komunitas, setiap anggota kelompok ini menerimanya sebagai kebenaran.

5. Relaksasi Pikiran

-
Ilustrasi psikosomatis. (Pexels/Andrea Piacquadio)

Saat pikiran rileks, sore atau malam hari ketika mau tidur, atau pagi hari ketika baru bangun tidur, bila membaca, mendengar, menonton tayangan atau informasi tertentu, informasi ini langsung masuk ke PBS tanpa bisa disaring oleh faktor kritis pikiran sadar.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

X