Masker Langka, Bagaimana Nasib Pasien TBC?

- Selasa, 24 Maret 2020 | 15:27 WIB
Ilustrasi penderita tuberkulosis (TBC). (Freepik)
Ilustrasi penderita tuberkulosis (TBC). (Freepik)

Setiap tanggal 24 Maret yang jatuh pada hari ini diperingati sebagai Hari Tuberkulosis Sedunia. Masalah tuberkulosis (TBC) memang masih menghantui di sejumlah negara termasuk di Indonesia. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan RI, estimasi kasus TBC di Tanah Air mencapai 845 ribu. 

Sayangnya, jumlah kasus TBC yang terdata hanya 570.289 orang. Artinya, sebanyak 32% kasus TBC tidak terlaporkan. Tentu hal ini dapat membuat angka TBC mengalami peningkatan mengingat penyakit tersebut termasuk penyakit menular.

Memang ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk memutus mata rantai penyakit TBC. Salah satunya pasien TBC diminta untuk menggunakan masker agar droplet atau cairan yang keluar ketika batuk maupun bersin tidak menulari orang lain.

-
Ilustrasi memakai masker. (Pexels/Anna Shvets)

Namun di tengah situasi wabah Covid-19 seperti ini, masker termasuk produk langka yang sulit didapatkan. Setiap orang seakan berlomba-lomba memburu masker untuk melindungi dirinya.

Lantas, bagaimana nasib pasien TBC yang disarankan untuk memakai masker apabila produk tersebut sulit didapatkan?

“Sebenarnya bukan hanya masker (yang dibutuhkan pasien TBC). Jaga jarak dan etiket batuk harus diterapkan juga. Nah masalah masker, kalau memang punya masker jangan sampai rusak dipakai terus. Di layanan kesehatan juga sudah sebulan terakhir jumlah masker terbatas sehingga pemakaiannya tidak seperti dulu, jadi bukan hanya pasien TBC, petugas medis juga kesulitan,” ujar Komite Ahli TB Indonesia dr Pandu Riono MPH PhD.

Dalam telekonferensi Hari Tuberkulosis Sedunia yang diadakan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, Selasa (24/3/2020), dr Pandu mengatakan berdasarkan kabar yang beredar ketersediaan masker baru sudah cukup banyak. Masalahnya hanya tinggal didistribusi dan alokasi. Dirinya menyarankan agar untuk sementara masker tidak dijual bebas.

“Sebaiknya diprioritaskan ke rumah sakit, pasien TBC, dan yang lain, ini masalah pengaturan logistik. Lebih tepat dinkes dan rumas sakit yang mengatur bagaimana alokasi masker atau APD (alat pelindung diri) lain yang bisa dioptimalkan. Ini masih panjang perjalanannya,” tandas dr Pandu.


Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Fahmy Fotaleno

Tags

Terkini

10 Dampak Negatif Polusi Udara Terhadap Kesehatan

Selasa, 26 Maret 2024 | 06:20 WIB
X