Hingga saat ini, ada sejumlah pertanyaan muncul terkait virus corona (Covid-19.) Salah satu yang paling bikin penasaran adalah ketika sudah pernah terinfeksi Covid-19 dan sembuh, apakah bisa terinfeksi kembali?
Seperti diketahui, beberapa penyakit lain memang tidak akan kambuh setelah dinyatakan sembuh. Sebut saja campak dan cacar. Tapi hal tersebut tidak berlaku bagi influenza dan tetanus.
Sejauh ini penelitian menunjukkan adanya sebagian orang yang pernah terinfeksi Covid-19 akan terlindungi dari infeksi lain. Namun hal tersebut perlu diteliti lebih lanjut apakah dampak kekebalan itu berlaku dalam jangka pendek atau selamanya.
Sebagaimana dilansir SCMP, Selasa (5/5/2020), disebutkan bahwa kekebalan tubuh akan infeksi tergantung pada antibodi. Ketika tubuh terinfeksi untuk pertama kalinya, maka akan merespons dan mengaktifkan sistem kekebalan tubuh bawaan.
Sistem kekebalan tubuh bawaan ini bertindak mengalihkan perhatian infeksi. Sementara tubuh akan beradaptasi dengan virus yang baru dikenalinya dengan respons cukup lambat melalui sistem imun adaptif dan menghasilkan antibodi.
Sel antibodi inilah yang tengah dikembangkan banyak negara sebagai langkah pengobatan pasien Covid-19. Perlu diketahui, tubuh memproduksi berbagai jenis antibodi untuk merespons virus.
Tetapi hanya beberapa yang memiliki kemampuan untuk menghentikan virus kembali memasuki sel. Inilah yang disebut sebagai 'antobodi penawar'.
Menurut WHO, orang yang sembuh dari Covid-19 secara alami mengembangkan antibodi dalam darah mereka. Namun beberapa di antaranya memiliki tingkat antibodi penetral yang rendah.
Untuk melihat apakah antibodi yang dimiliki itu adalah antibodi penawar atau bukan, perlu diperiksa melalui laboratorium khusus.
Meski antibodinya tergolong penetral, namun bukan jaminan kalau orang tersebut kebal dari Covid-19 untuk kedua kalinya. Sebab, antibodinya mungkin ada tapi jumlahnya belum cukup untuk bekerja menangkal virus lanjutan.
Kesimpulannnya, ketika seseorang sudah dinyatakan sembuh dari Covid-19, belum tentu orang itu kebal untuk kedua kalinya. Semua itu tergantung pada seberapa sensitif dan spesifik antibodi yang dimiliki seseorang.
