Pandemi COVID-19 Dianggap 'Berakhir' di Banyak Negara, Indonesia Kapan?

- Senin, 21 Februari 2022 | 21:04 WIB
Sejumlah nakes mengenakan APD bersiap merawat pasien di rumah sakit darurat penyakit virus corona (COVID-19) di Jakarta, Indonesia, 17 Juni 2021. (REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana)
Sejumlah nakes mengenakan APD bersiap merawat pasien di rumah sakit darurat penyakit virus corona (COVID-19) di Jakarta, Indonesia, 17 Juni 2021. (REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana)

Sejumlah negara di berbagai belahan dunia mulai "berdamai" dengan COVID-19. Dalam arti, COVID-19 bukan lagi dianggap sebagai "penyakit kritis secara sosial."

Dilansir Reuters, beberapa negara yang menganggap COVID-19 telah "berakhir" adalah Denmark, Rumania dan Austria. Tiga negara tersebut mulai melonggarkan aktivitas masyarakat sejak 1 Februari 2022.

Berselang sepekan, Swedia menyusul, dengan mencabut ketentuan pembatasan aktivitas sosial di wilayah setempat.

Sikap tersebut dilandasari oleh fakta bahwa kasus COVID-19 menurun drastis sejak 21 Januari 2022, dari 5,2 juta jiwa per pekan, menjadi 757.422 per 19 Februari 2022. Demikian menurut otoritas kesehatan Amerika Serikat.

Penurunan kasus juga terjadi di Inggris, yakni dari 1,2 juta jiwa lebih per 2-8 Januari 2022, menjadi 317.283 kasus per 13-19 Februari 2022. 

Penurunan kasus juga diumumkan Pemerintah Prancis dari 501.635 kasus baru per 25 Januari 2022 menjadi 76.638 per 19 Februari 2022.

Direktur Pasca-Sarjana Universitas YARSI Prof Tjandra Yoga Aditama, sebagaimana dilansir Antara, mengatakan bahwa negara yang mulai melonggarkan restriksi pada umumnya mempertimbangkan sejumlah aspek kesehatan di wilayah masing-masing.

Aspek pertama adalah situasi puncak kasus varian omicron yang rata-rata telah terlampaui serta ditunjukkan dengan angka kasus yang kian melandai.

Tjandra, yang juga Direktur Penyakit Menular Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) Asia Tenggara periode 2018-2020, mengatakan cakupan vaksinasi yang semakin masif menjadi tolok ukur utama kepercayaan diri negara dalam mengumumkan capaian endemi.

"Jumlah yang divaksinasi lengkap sudah banyak sekali, dapat lebih dari 80 persen penduduk negara itu," katanya.

Selain itu, capaian vaksinasi penguat atau dosis ketiga penguat antibodi masyarakat juga cukup banyak, sehingga membuat otoritas setempat percaya diri untuk melonggarkan aturan pembatasan mobilitas rakyatnya.

Hal yang juga tak kalah penting adalah kemampuan negara Uni Eropa dalam mempersiapkan fasilitas pelayanan kesehatan yang optimal untuk menghadapi gejolak peningkatan kasus di kemudian hari.

Indonesia Kapan?

Berangkat dari indikator tersebut, Indonesia hingga saat ini masih membutuhkan waktu untuk berproses menuju endemi.

Meskipun kasus aktif harian di Indonesia menunjukkan tren penurunan dalam empat hari terakhir, tetapi masih mencatatkan angka kasus yang relatif tinggi.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

X