Psikolog Irna Minauli: Tidak Ada Kebahagiaan, Toxic Relationship Bisa Bikin Trauma

- Kamis, 10 Februari 2022 | 20:41 WIB
Ilustrasi. (Pexels/RODNAE Productions)
Ilustrasi. (Pexels/RODNAE Productions)

Nama Aya Canina eks vokalis Amigdala tengah menjadi perbincangan hangat belakangan ini setelah ia mengungkap kekerasan yang dialaminya semasa pacaran. Pelaku kekerasan tersebut tak lain adalah salah satu personil Amigdala sendiri.

Meski mengalami kekerasan dalam rentang waktu 3,5 tahun, Aya tetap tegar bertahan di hubungan toksik (toxic relationship) tersebut sebelum akhirnya ia mengungkapnya.

Berdasarkan data dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, pelaku kekerasan terbanyak justru dilakukan oleh pacar ketimbang suami dalam hubungan rumah tangga.

Baca juga: Eks Vokalis Amigdala Alami Kekerasan Selama 3,5 Tahun & Tetap Bertahan, Ini Kata Psikolog

Hal tersebut menunjukkan bahwa banyak perilaku pacaran yang tidak sehat sehingga menimbulkan hubungan toksik atau beracun, kata psikolog sekaligus Direktur Minauli Consulting, Irna Minauli.

Menurut Irna, ketika dalam masa pacaran sudah tampak perilaku kekerasan, maka dapat diprediksi bahwa perilaku tersebut akan terus berlanjut hingga ke masa pernikahan.

Dalam beberapa kasus, banyak laki-laki yang salah dalam memberi penilaian tentang consent (persetujuan). Misalnya, ketika seorang perempuan mau diajak ke indekos pacarnya, laki-laki sering menganggapnya sebagai bentuk persetujuan untuk melakukan hubungan badan. Padahal, hal itu jelas keliru.

Selain kekerasan seksual, kekerasan lain seperti kekerasan verbal dan kekerasan sosial juga kerap muncul dalam pacaran. Karena terlalu posesif dan cemburuan, laki-laki seringkali membatasi ruang gerak pasangannya. Mereka kerap mengendalikan pasangannya.

Ketika pasangannya tidak berperilaku sesuai yang diinginkan, mereka biasanya akan marah. Hal inilah yang disebut sebagai hubungan toksik karena munculnya perasaan tertekan dan tidak ada kebahagiaan.

"Hubungan yang toksik ini dapat mencetus trauma yang membuat seseorang dihantui ketakutan dan terror ketika berhadapan dengan pasangannya. Terkadang, orang-orang di sekitarnya pun seolah tidak ambil peduli dengan kejadian ini, mereka seolah hanya sebagai penonton saja (by standers). Padahal mereka bisa mencegah terjadinya kekerasan namun mereka tidak melakukannya," jelas Irna, yang dihubungi Indozone pada Kamis (10/2/2022).

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

X