WHO Sebut Jumlah Kematian Akibat Jam Kerja yang Panjang Terjadi di Wilayah Asia 

- Senin, 17 Mei 2021 | 14:13 WIB
Ilustrasi kematian karena jam kerja. (Freepik).
Ilustrasi kematian karena jam kerja. (Freepik).

Bekerja dengan jam kerja yang panjang membunuh ratusan ribu orang setiap tahun dalam tren yang memburuk yang dapat semakin meningkat karena pandemi Covid-19, kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Senin (17/5/2021). Studi itu juga menjelaskan kebanyakan wilayah yang terpengaruh adalah wilayah di Asia dan Pasifik Barat.

Melansir Antara yang dikutip dari Reuters, dalam studi global pertama tentang hilangnya nyawa terkait dengan jam kerja yang lebih panjang, yang tertuang dalam makalah di jurnal Environment International menunjukkan bahwa 745.000 orang meninggal karena stroke dan penyakit jantung terkait dengan jam kerja yang panjang pada 2016.

"Bekerja 55 jam atau lebih per minggu merupakan bahaya kesehatan yang serius," kata Maria Neira, direktur Departemen Lingkungan, Perubahan Iklim dan Kesehatan WHO.

"Yang ingin kami lakukan dengan informasi ini adalah mempromosikan lebih banyak tindakan, lebih banyak perlindungan terhadap pekerja," katanya.

Baca Juga: Numpang Iring-iringan Wapres, Wanita Pengendara Mini Cooper Diamankan Polisi

Studi bersama, yang dihasilkan oleh WHO dan Organisasi Perburuhan Internasional, menunjukkan bahwa sebagian besar korban (72%) adalah laki-laki dan berusia paruh baya atau lebih. Seringkali, kematian terjadi jauh di kemudian hari, kadang-kadang beberapa dekade kemudian, daripada saat masih bekerja.

Itu juga menunjukkan bahwa orang yang tinggal di Asia Tenggara dan wilayah Pasifik Barat - wilayah yang ditentukan WHO yang mencakup Tiongkok, Jepang dan Australia - adalah yang paling terpengaruh.

Secara keseluruhan, penelitian itu - mengambil data dari 194 negara - mengatakan bahwa bekerja 55 jam atau lebih seminggu dikaitkan dengan risiko stroke 35% lebih tinggi dan risiko kematian akibat penyakit jantung iskemik 17% lebih tinggi dibandingkan dengan 35-40 jam kerja per pekan.

Studi tersebut mencakup periode 2000-2016, dan tidak termasuk pandemi Covid-19, tetapi pejabat WHO mengatakan lonjakan pekerja jarak jauh dan perlambatan ekonomi global akibat darurat virus corona mungkin telah meningkatkan risiko.

"Pandemi mempercepat perkembangan yang dapat mendorong tren peningkatan waktu kerja," kata WHO, memperkirakan bahwa setidaknya 9% orang bekerja dengan jam kerja yang panjang.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Edi Hidayat

Tags

Terkini

10 Jenis Makanan yang Harus Dihindari Saat Migrain

Sabtu, 20 April 2024 | 08:30 WIB
X