Rangkuman Vaksin Covid-19 Secara Global: Dari yang Efektif Sampai yang Bermasalah

- Minggu, 13 Desember 2020 | 11:44 WIB
Ilustrasi vaksin COVID-19. (REUTERS).
Ilustrasi vaksin COVID-19. (REUTERS).

Beberapa negara di dunia sudah mulai melakukan uji klinis untuk vaksin untuk Covid-19. Bahkan beberapa di antaranya sudah mulai diedarkan, termasuk Indonesia yang mulai menerima kedatangan vaksin Sinovac baru-baru ini.

Beberapa vaksin yang sudah diujikan tersebut ternyata ada yang teruji efektif, namun ada juga yang bermasalah. Bahkan ada yang tak jadi diproduksi. 

Berikut rangkumannya. 

Vaksin Moderna disebut yang paling efektif.

Perusahaan bioteknologi asal Amerika Serikat, Moderna mengklaim vaksin virus corona yang mereka produksi memiliki efektivitas 94,1% untuk melawan Covid-19. Bahkan, mereka juga mengklaim vaksinnya ampuh 100% mencegah penyakit parah karena Covid-19.

Saat ini Moderna tengah menunggu izin darurat AS dan Eropa setelah hasil uji klinis tahap akhirnya menunjukkan efektif 94,1% tanpa masalah keamanan yang serius.

Moderna juga melaporkan tingkat kemanjuran vaksin tersebut konsisten untuk semua usia, ras, etnis, demografi jenis kelamin dan memiliki tingkat keberhasilan 100% mencegah kasus penyakit parah akibat Covid-19.

Vaksin AstraZeneca 70% Efektif

Hasil baru menunjukkan bahwa vaksin Covid-19 dari Oxford University dan AstraZeneca aman dan sekitar 70% efektif.

Tapi masih ada pertanyaan tentang seberapa baik vaksin itu dapat membantu melindungi mereka yang berusia di atas 55 tahun.

Namun, para ahli mengatakan vaksin tersebut tampaknya akan disetujui, meskipun ada beberapa kebingungan dalam hasil dan tingkat perlindungan yang lebih rendah daripada yang ditunjukkan oleh kandidat vaksin lain.

Baca Juga: Apakah Vaksin Covid-19 Vegan?

Vaksin Tiongkok Sinopharm 86% Ampuh, Terdaftar di Uni Emirat Arab.

-
Vaksin buatan Sinopharm dari Tiongkok. (REUTERS/Tingshu Wang).

Vaksin buatan Sinopharm buatan Tiongkok ternyata telah terdaftar di Uni Emirat Arab pada Rabu (9/12/2020) dengan tingkat kemanjuran 86%, seperti yang dilansir di Antara.

Meski telah terdaftar di Uni Emirat Arab dengan tingkat yang cukup tinggi, belum ada kejelasan apakah vaksin ini juga akan dikirim ke negara tersebut. Karena sementara Sinopharm akan lebih terfokus untuk melakukan simulasi dan distribusi di Tiongkok.

Vaksin CSL dari Australia yang gagal.

Australia secara mendadak menghentikan produksi vaksin Covid-19 buatan sendiri. Hal ini dikarenakan saat uji coba menunjukkan vaksin itu dapat mengganggu diagnosis human immunodeficiency virus (HIV).

Inokulasi yang sedang dikembangkan oleh Universitas Queensland (UQ) dan pembuat vaksin CSL, salah satu dari empat kandidat yang dikontrak oleh pemerintah Australia, dihentikan setelah tes diagnostik HIV tertentu memberikan hasil positif palsu.

Halaman:

Editor: Edi Hidayat

Tags

Terkini

X