Skizoafektif merupakan gangguan kesehatan mental kombinasi dari skizofrenia dan gangguan mood atau suasana hati. Penderita skizoafektif biasanya akan mengalami halusinasi atau gangguan mood seperti depresi atau bipolar. Penyakit ini disebut-sebut lebih bahaya dari skizofrenia.
Dikutip dari Mayoclinic, gangguan skizoafektif yang tidak diobati bisa menyebabkan masalah di lingkungan sekitarnya seperti di tempat kerja, lingkungan sekolah bahkan di rumah sendiri.
Skizoafektif bisa menyebabkan kesepian dan mereka membutuhkan dukungan. Gangguan kesehatan mental ini sangat sulit untuk dipahami, berbeda dengan penyakit gangguan mental lainnya.
Gejala Skizoafektif
Gejala skizoafektif sendiri berbeda-beda pada setiap orang, tergantung jenis gangguannya, apakah tipe bipolar atau tipe depresi. Dikutip dari National Alliance of Mental Illnes Organization, sebagian besar penderita skizoafektif adalah berusia 13-15 tahun.
Meski sulit dipahami, namun skizoafektif bisa dikenali dengan beberapa gejala seperti:
- Mengalami delusi, memiliki kesadaran palsu atau tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
- Mengalami halusinasi, mereka sering melihat atau mendengar suara-suara yang sebenarnya tak ada.
- Tidak bisa berkomunikasi dengan baik, tidak nyambung saat menjawab pertanyaan atau kesulitan menyampaikan kalimat yang ingin diutarakan.
- Muncul gejala depresi, seperti merasa hampa, sedih dan menganggap bahwa dirinya tidak berharga.
- Tidak merawat diri, enggan memperhatikan penampilan dan menjaga kebersihan diri.
Baca juga: Gejala Skizofrenia, Penyakit Mental yang Diduga Diidap Novi Amelia Sebelum Bunuh Diri
Mengalami gangguan suasana hati, suasana hati mendadak berubah begitu cepat dan tiba-tiba serta tidak sesuai perilaku biasanya.
Tidak bisa diabaikan, penderita skizoafektif bisa meningkatkan risiko bunuh diri, merasa dikucilkan, mengalami gangguan kecemasan, menjadi pengangguran, terlibat dalam penyalahgunaan alkohol dan obat terlarang lainnya.
