Food and Drugs Administration (FDA) Amerika Serikat menyetujui Remdesivir buatan Gilead Sciences sebagai obat darurat untuk pasien Covid-19. Obat tersebut dikatakan mampu mempersingkat waktu pemulihan. Hal ini tentunya memberikan harapan baru untuk penanganan wabah penyakit yang disebabkan oleh virus corona baru (SARS-CoV-2) itu.
Remdesivir merupakan salah satu jenis obat dalam kelompok analog nukleosida. Lebih dari 30 jenis obat dalam kelompok tersebut disetujui untuk pengobatan virus, kanker, parasit, serta infeksi bakteri dan jamur. Obat-obatan dalam kelompok analog nukleosida dikatakan sangat efektif untuk mengobati berbagai penyakit termasuk yang disebabkan oleh virus seperti Covid-19.
Melansir The Conversation, Kamis (7/5/2020), obat-obatan analog nukleosida dapat menyerupai molekul yang terbentuk secara alami atau dikenal sebagai nukleosida. Nukleosida merupakan blok bangunan penting untuk DNA dan RNA yang membawa informasi genetik. Sekadar informasi, pada virus SARS-CoV-2 terdapat untaian RNA.
Obat-obatan analog nukleosida bekerja dengan cara meniru salah satu dari komponen RNA pada virus. Peniruan tersebut mampu memodifikasi struktur RNA sehingga bisa menghentikan atau mengganggu replikasi virus. Inilah yang kemudian menghambat virus untuk menginfeksi lebih banyak sel dalam tubuh.
Pada virus corona baru, Remdesivir bekerja dengan cara memblokir RNA polimerase coronavirus yang merupakan enzim kunci virus SARS-CoV-2. Akan tetapi, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan Remdesivir sebagai obat antivirus untuk menangani virus corona baru.
Pertama, Remdesivir bukan obat aktif melainkan prodrug. Obat tersebut harus dimodifikasi dalam tubuh agar bisa menjadi obat aktif. Prodrug digunakan karena berbagai alasan, salah satunya melindungi obat sampai mencapai tempat kerjanya.
Kedua, Remdesivir digunakan bersama obat lain untuk mengatasi virus. Kombinasi obat-obatan dapat memberikan terapi yang lebih efektif dan lebih lengkap untuk menghalangi replikasi virus. Selain itu, kombinasi obat dibutuhkan untuk menurunkan kemungkinan virus mengembangkan resistensi terhadap terapi.
