Jumlah pasien penyakit ginjal kronik mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir. Salah satu pemicunya karena prevalensi faktor utama penyebab penyakit ginjal kronik juga meningkat. Penyakit ini disebabkan oleh hipertensi dan diabetes.
Seperti yang diketahui, perubahan pola hidup membuat prevalensi hipertensi dan diabetes di masyarakat meningkat. Semakin banyak masyarakat yang mengonsumsi makanan tinggi garam dan tinggi gula.
Belum lagi kurangnya aktivitas fisik yang dilakukan. Lantas, bagaimana sebenarnya hipertensi dan diabetes dapat menyebabkan penyakit ginjal kronik?
Ketua Umum PB Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PB PERNEFRI), dr Aida Lydia, PhD, SpPD-KGH memberikan jawabannya.
"Kalau hipertensi itu tekanan darah tinggi disalurkan ke semua pembuluh darah. Tekanan yang tinggi akan merusak pembuluh darah. Pembuluh darah yang sering dirusak adalah jantung dan ginjal," ujar dr Aida kepada Indozone saat ditemui dalam suatu acara, Rabu (11/3/2020) di Jakarta.
Lebih lanjut dirinya menerangkan, pada ginjal isinya adalah pembuluh darah yang halus. Apabila pembuluh darah itu rusak, maka fungsi ginjal juga akan rusak. Padahal ginjal memiliki dua fungsi utama yang sangat penting bagi tubuh. Pertama sebagai organ pembersih darah yakni membuang limbah sisa metabolisme tubuh. Kedua mengatur hormon tubuh.
"Kalau fungsi ginjal terganggu, maka pembuangan limbah metabolisme juga terganggu. Begitu juga dengan fungsi mengatur hormon yang terganggu," ucap dr Aida.
Sementara itu, diabetes tak jauh beda memengaruhi kerusakan fungsi ginjal. Penyakit metabolik ini berdampak pada pembuluh darah.
"Diabetes hampir sama, gula yang tinggi merusak pembuluh darah yang dapat merusak fungsi ginjal," pungkas dr Aida.
