Pria Usia 40 Tahun, Waspadai Kekurangan Hormon Testosteron

- Senin, 18 November 2019 | 15:15 WIB
Ilustrasi. (Pixabay/StockSnap)
Ilustrasi. (Pixabay/StockSnap)

Testosteron memiliki peran penting dalam tubuh laki-laki, salah satunya untuk sistem reproduksi. Hormon ini diproduksi oleh gonad (sel Leydig pada testis pria dan ovarium pada wanita), sejumlah kecil juga diproduksi oleh kelenjar adrenal. 

Testosteron adalah hormon androgen, yang berarti bahwa hormon ini dapat merangsang berkembangnya karakteristik laki-laki.

Data studi menunjukkan bahwa terdapat 38,7 persen pria dengan usia di atas 40 tahun memiliki kadar testosteron kurang dari kadar normalnya yaitu, kurang dari 300 nanogram/desiliter (ng/dL).

Dokter spesialis bidang Andrologi Dr. Nugroho Setiawan, MS, Sp.And mengungkapkan, kekurangan hormon testosteron banyak terjadi pada pria usia 40 tahun ke atas. Dimulai dari usia 30 tahun, diamana akan terjadi penurunan hormon testosteron, dan seiring bertambahnya usia akan mengakibatkan terjadi penurunan kadar hormon testosteron dalam tubuh seorang pria.

"Penurunan ini sekitar 2–3 persen/tahun. Maka di usia 40 tahun kadar testosteron menjadi sekitar 65–70 persen dan pada usia 60 tahun ke atas sekitar 45–50 persen,” kata Dr. Nugroho dalam keterangan tertulisnya.

Rendahnya hormon testosteron dapat meningkatkan risiko berbagai gangguan kesehatan termasuk gangguan psikologis, gangguan metabolik, gangguan kardiovaskular, gangguan seksual, permasalahan fisik, serta risiko kematian yang lebih tinggi. 

Banyak pria yang mengalami kekurangan hormon testosteron tidak menyadari penyakitnya. Menurutnya, deteksi awal kekurangan hormon testosteron dapat dilakukan dengan memperhatikan gejala yang dialami. 

Berikut ini yang harus di waspadai pria, jika timbul gejala seperti:

  1. Penurunan dorongan seksual akhir
  2. Lemas atau kurang tenaga
  3. Daya tahan atau kekuatan fisik menurun
  4. Tinggi badan berkurang
  5. Kenikmatan hidup menurun
  6. Mudah kesal atau marah
  7. Disfungsi ereksi
  8. Penurunan kemampuan olahraga
  9. Sering mengantuk dan tertidur sesudah makan malam
  10. Penurunan prestasi kerja

Jika pria mengalami gejala No.1 atau No.7 atau tiga gejala lain, pria tersebut mungkin mengalami kekurangan hormon testosteron.

“Pria yang mengalami gejala kekurangan hormon testosteron harus segera berkonsultasi dan memeriksa kadar testosteronnya untuk mendapatkan terapi sulih hormon, sehingga kualitas hidup juga menjadi lebih baik,” kata Dr. Nugroho.

Ia menjelaskan, tujuan terapi sulih hormon testosteron adalah untuk mengembalikan kadar testosteron ke tingkat normal. Penelitian ini membuktikan bahwa terapi sulih hormon testosteron dapat memperbaiki setiap komponen sindrom metabolik. 

"Banyak pasien yang saya berikan injeksi testosteron jangka panjang mengalami penurunan lingkar pinggang, penurunan berat badan, perbaikan gula darah, serta perbaikan lemak darah,“ ujarnya.

Dr. Nugroho mengingatkan pemberian injeksi testosteron adalah tanggung jawab dokter. Tentunya dokter akan memilih obat resmi yang telah disetujui Badan POM yang memiliki efektivitas tinggi, efek samping yang ringan, pemberiannya nyaman untuk pasien dan tidak mempunyai kontra-indikasi.

Injeksi Testosterone Undecanoate jangka panjang biasanya dipilih karena berdasarkan penilitian yang dilakukan tahun 2015 oleh Carruthers M, Cathcart P, Feneley MR, hasilnya menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan terapi sampai 82 persen, sedangkan keberhasilan dengan penggunaan obat minum hanya mencapai 41 persen. Pemberian Injeksi Testosterone Undecanoate jangka panjang juga lebih aman terhadap hati karena tidak masuk ke dalam aliran darah.

Halaman:

Editor: Administrator

Terkini

Hindari 4 Makanan ini Saat Kamu Anemia!

Selasa, 23 April 2024 | 16:00 WIB

Simak Gejala Sifilis yang Penting untuk Diwaspadai!

Minggu, 21 April 2024 | 19:13 WIB
X