Meski Kasus Naik, Pakar Sebut Vaksin Booster Belum Diperlukan untuk Anak, Ini Alasannya

- Selasa, 19 Juli 2022 | 09:38 WIB
Petugas menyuntikkan vaksin MR (Measles Rubella) kepada murid (ANTARA FOTO/Feny Selly)Taman Kanak Kanak pada kegiatan jemput bola imunisasi di halaman Sekolah TK Aisyiah 6 Palembang, Sumsel (ANTARA FOTO/Feny Selly)
Petugas menyuntikkan vaksin MR (Measles Rubella) kepada murid (ANTARA FOTO/Feny Selly)Taman Kanak Kanak pada kegiatan jemput bola imunisasi di halaman Sekolah TK Aisyiah 6 Palembang, Sumsel (ANTARA FOTO/Feny Selly)

Kasus COVID-19 di Indonesia terus melonjak dalam beberapa waktu terakhir. Bahkan pada Senin (18/7/2022), Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 mencatat penambahan kasus sebanyak 3.393. Sehingga, totalnya menjadi 6.138.346 kasus.

Meski begitu, anggota Satgas Imunisasi Anak PP Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Prof. Dr. dr. Soedjatmiko, Sp.A(K), M.Si  menilai bahwa vaksin penguat (booster) COVID-19 belum diperlukan untuk anak-anak.

Dia menyebut sebaiknya booster COVID-19 difokuskan pada kaum lansia dengan komorbiditas sebab angka kesakitan dan meninggal pada kelompok tersebut jauh lebih banyak ketimbang pada anak.

“Untuk sementara vaksin dua kali pada anak cukup. Buktinya? Sakit COVID-19 berat dan meninggal pada anak sangat sangat sedikit. Sedangkan lansia sangat banyak yakni 47,5 persen,” ucap Soedjatmiko seperti dikutip dari ANTARA, Selasa (19/7/2022).

Lebih lanjut, dia menjelaskan saat ini angka kesakitan (morbiditas) tertinggi terjadi pada orang berusia 31-45 tahun yakni, sebesar 28,9 persen.

Lalu angka kematian (mortalitas) tertinggi terjadi pada orang berusia 60 tahun ke atas yakni, sebesar 47,5 persen.

Selain itu, alasan lain anak belum memerlukan vaksinasi booster karena keterbatasan jumlah sumber daya manusia (SDM) tenaga kesehatan.

SDM nakes disebut Soedjatmiko sudah "tersedot" untuk vaksinasi COVID-19 pada usia 6 tahun – lansia, imunisasi rutin, Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN), dan juga Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS).

Tak hanya itu, Soedjatmiko juga mengatakan belum adanya perusahaan yang mengajukan hasil uji klinis safety dan imunogenisiti untuk booster pada usia 6 tahun juga menjadi salah satu alasan belum perlunya booster di kalangan anak.

Baca juga: Waduh! Angka COVID-19 Tembus 4 Ribu Kasus, Positivity Rate Lompat Melebihi Batas WHO

Soedjatmiko turut menambahkan bahwa campak, rubella, difteri dan risiko terinfeksi kembali polio masih menjadi ancaman nyata bagi anak berusia 6 tahun ke atas.

Sehingga dia menegaskan bahwa saat ini pemerintah sedang fokus untuk mendistribusikan vaksin penguat bagi kaum lansia dan warga berusia 18-59 tahun serta vaksin dosis kedua untuk umur 6-11 tahun.???????

Di mana pemerintah menargetkan program vaksinasi nasional bagi 208.265.720 orang. Adapun berdasarkan data dari situs covid19.go.id, hingga 17 Juli 2022 sebanyak 201.944.864 orang telah memperoleh dosis pertama COVID-19 dan 169.565.409 sudah mendapatkan dosis kedua, sedangkan sebanyak 53.056.762 baru disuntik dosis ketiga.

 

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

Hindari 4 Makanan ini Saat Kamu Anemia!

Selasa, 23 April 2024 | 16:00 WIB
X