Gitaris Kahitna, musisi AB alias Andrie Bayuajie ditangkap polisi akibat menggunakan obat-obatan terlarang. Pria asal Kota Kembang itu ternyata sudah menggunakan psikotropika sejak 2017.
Awalnya musisi AB membeli beli obat-obatan benzodiazepin pakai resep, lalu lama-lama tidak. Andrie mengaku memakai psikotropika tersebut agar mudah tidur.
"(Memakai) sejak tahun 2017-2018 saat melakukan pengobatan dan sepanjang 2020 sampai 2022 yang bersangkutan juga membeli Valdimex secara online," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol E Zulpan dalam konferensi pers di Mapolres Metro Jakarta Barat, Jumat (3/6/2022).
Lantas apa itu obat Benzodiazepin?
Mengutip dari Drugs.com, obat benzodiazepin atau benzo merupakan obat yang dikategorikan sebagai obat psikoaktif.
Obat ini biasanya digunakan untuk mengatasi gejala gangguan psikologi seperti gangguan kecemasan (anxiety disorder) dan insomnia.
Baca juga: Musisi AB yang Ditangkap Narkoba Ternyata Gitaris Kahitna, Positif Benzo
Benzodiazepin berperan sebagai obat penenang, anti-kecemasan, hipnotik (membuat tidur lebih mudah), serta dapat melemaskan otot-otot tubuh.
Obat ini tidak bisa diperoleh dan dipakai sembarangan sebab termasuk ke dalam daftar obat yang harus ditebus dengan resep dokter.
Fungsi Benzodiazepin
Dalam dunia medis, benzodiazepin sendiri digunakan untuk:
- Mengatasi berbagai masalah psikologis seperti insomnia, gangguan kecemasan, gangguan kepanikan, dan depresi akut.
- Sebagai obat penenang saat operasi
- Mencegah atau mengatasi kejang
- Mengatasi sakau alkohol
Jenis Benzodiazepin
Benzodiazepin memiliki beberapa jenis, di antaranya sebagai berikut:
- alprazolam (Xanax)
- diazepam (Valium)
- lorazepam (Ativan)
- chlordiazepoxide (Librium)
- clonazepam (Klonopin)
- oxazepam (Serax)
Cara Kerja Benzodiazepin
Mengutip dari Hallosehat, benzodiazepin bekerja langsung pada sistem saraf pusat dan memengaruhi dalam proses pengiriman sinyal di otak.
Saat seseorang merasa terlalu cemas, otak akan menjadi terlalu aktif dan ‘bersemangat’ akibat merasa tertekan karena menerima rangsangan dari luar.
Maka untuk menormalkan keadaan tersebut, harus ada yang mengirimkan sinyal ‘tenang’, sehingga otak kembali ke aktivitas semula – tidak lagi menjadi terlalu aktif.
