Ramadan Sebentar Lagi, Indonesia Belum Layak Berstatus Endemi Menurut Dosen FKM ULM

- Kamis, 10 Maret 2022 | 19:30 WIB
 Anggota Tim Pakar Universitas Lambung Mangkurat (ULM) untuk Percepatan Penanganan COVID-19 Prof Dr dr Syamsul Arifin MPd. (ANTARA/Firman)
Anggota Tim Pakar Universitas Lambung Mangkurat (ULM) untuk Percepatan Penanganan COVID-19 Prof Dr dr Syamsul Arifin MPd. (ANTARA/Firman)

Anggota Tim Pakar Universitas Lambung Mangkurat (ULM) untuk Percepatan Penanganan COVID-19 Prof Dr dr Syamsul Arifin menilai, Indonesia belum layak untuk berstatus endemi secara epidemiologis. Hal itu, menurut dia, karena belum semua indikator terpenuhi.

Kabar tersebut sekaligus menjadi peringatan bagi kita menjelang bulan Ramadan.

"Diharapkan pemerintah jangan gegabah dan harus memprioritaskan pendekatan epidemiologis," kata Syamsul di Banjarmasin, Rabu (10/3/2022), dilansir Antara.

Syamsul menjelaskan, perubahan status pandemi menjadi endemi masih memerlukan waktu transisi untuk memonitor perkembangan kasus COVID-19 di Indonesia. Hal ini penting dijadikan pertimbangan agar dampaknya nanti tidak merugikan semua rakyat.

Secara epidemiologis, kata Syamsul, COVID-19 akan berubah menjadi endemi tatkala tingkat penularan terkendali dan telah terbentuk kekebalan kelompok (herd immunity) di tengah masyarakat yang bisa terwujud melalui program vaksinasi.

Penularan sudah terkendali dalam suatu wilayah menurut WHO di antaranya penurunan insidensi kasus konfirmasi dan probable yang berkelanjutan minimal 50 persen selama 3 minggu terakhir.

Jika pada 8 Maret 2022 ada 30.148 kasus, sementara data kasus COVID pada 3 minggu sebelum (13 Februari 2022) 44.526 kasus, itu menunjukkan bahwa penurunan kasus konfirmasi baru 32,29 persen.

Kemudian positivity rate yaitu perbandingan antara jumlah kasus positif dengan jumlah tes yang dilakukan kurang dari 5 persen minimal selama 2 minggu terakhir.

Menurutnya lagi, jika memperhatikan hari terakhir 8 Maret 2022 sebesar 13,26 persen dan 2 minggu yang lalu (21 Februari 2022) sebesar 14,2 persen. Data tersebut menunjukkan bahwa dalam 2 minggu terakhir positivity rate belum ada yang berada di bawah 5 persen.

Adapun penurunan jumlah kematian pada kasus terkonfirmasi selama 3 minggu terakhir. Pada 8 Maret 2022 jumlah kematian 401 jiwa, dan pada 13 Februari 2022 jumlah kematian 111 jiwa.

"Data ini menunjukkan bahwa jumlah kematian menurut angka absolut malah meningkat. Meskipun jika kita analisa dari CFR menurun dari 3,02 persen menjadi 2,60 persen," ujar Guru Besar Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran ULM itu.

Sementara penurunan jumlah kasus terkonfirmasi dan probable yang dirawat di rumah sakit dan kasus yang masuk ICU selama minimal 2 minggu terakhir yaitu 8 Maret 2022, jumlahnya 28 persen.

"Angka ini memang telah mengalami penurunan dibandingkan 2 minggu sebelumnya yaitu 31 persen. Kondisi baik yang wajib dipertahankan terus dalam upaya menuju endemi," kata Syamsul.

Adapun untuk vaksinasi lengkap pada 8 Maret 2022 tercatat 148.587.718 orang dengan sasaran nasional 208.265.720 jiwa, sehingga cakupan telah mencapai 71,34 persen.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

10 Dampak Negatif Polusi Udara Terhadap Kesehatan

Selasa, 26 Maret 2024 | 06:20 WIB
X