Pakar kesehatan dr Fanny R Imannuddin, M.Biomed (AAM ), ABAARM menganjurkan orang-orang untuk lebih memilih buah saat berbuka puasa. Karena mengandung nutrisi lain seperti serat, ketimbang hidangan yang sekadar manis.
"Sebaiknya kita konsumsi yang tingkat seratnya tinggi, kadar vitamin juga cukup baik sebagai tambahan antioksidan. jadi bukan sekedar gula yang diproses," ungkap dr Fanny, dalam IG Live Morula IVF bersama Cookpad Indonesia bertajuk 'Puasa Itu Menyehatkan', Jumat (24/3/2023).
Dr Fanny menjelaskan, ketika berbuka puasa, orang-orang memerlukan glukosa karena lebih cepat dicerna atau diserap tubuh. Glukosa bisa berasal dari beragam sumber, seperti buah-buahan, nasi, tepung, ubi yang akan berubah menjadi 12 unit energi. Di antara itu semua, buah lebih disarankan.
Selain itu, dr Fanny juga mengingatkan orang-orang untuk mencukupi kebutuhan nutrisinya ketika berbuka puasa dan sahur, agar detoksifikasi atau upaya menetralisir racun yang menjadi salah satu manfat dari berpuasa berjalan maksimal.
"Kalau pemberian nutrisi saat sahur yang tidak sehat, maka proses detokfisikasi tidak maksimal. Mungkin lebih banyak karbohidratnya, protein, atau makanan yang sifatnya hanya manis saja. Tubuh butuh nutrisi yang lengkap, seimbang," ungkapnya.
Sebenarnya, tubuh seseorang bisa melakukan detoksifikasi sendiri. Namun proses ini terganggu karena pola nutrisi dan kebiasaan hidup tidak sehat, termasuk kurang minum air putih, sering mengonsumsi makanan cepat saji dan olahan, kurang tidur, dan stres cukup tinggi.
"Puasa ini pengaturan sebenarnya supaya tubuh kita bisa melakukan proses detoksifikasinya dengan lancar, kurang lebih sekitar 12 - 14 jam," imbuhnya.
Tubuh membutuhkan tidur setidaknya tujuh jam. Seseorang juga disarankan untuk tidur setidaknya empat jam setelah makan.
"Saat setelah makan tubuh akan memproduksi insulin, kalau kita langsung tidur, maka liver tidak memproduksi secara alami untuk proses detoksifikasinya," pungkasnya.
Artikel Menarik Lainnya:
