Soal Penganiayaan yang Dilakukan Mario, Benarkah Arogansi Remaja Akibat Kekayaan Ortu?

- Senin, 27 Februari 2023 | 12:30 WIB
Ilustrasi kekerasan remaja. (Freepik/rawpixel-com)
Ilustrasi kekerasan remaja. (Freepik/rawpixel-com)

Publik tengah geram dengan tindak penganiayaan yang dilakukan anak eks pejabat pajak Mario Dandy Satrio (20) terhadap putra pengurus GP Ansor, berinisial D (17).

Akibatnya, D masih dirawat di rumah sakit dan mengalami cedera kepala hingga tak sadarkan diri.

Dalam video yang beredar, saat melakukan tindak kekerasan, Mario Dandy sempat berucap bahwa dirinya tidak merasakan takut untuk membunuh D dan bukan masalah jika dirinya dilaporkan ke pihak kepolisian.

Baca juga: Mengapa Remaja Senang Merekam Aksi Kekerasan: Contohnya Kasus Mario Dandy Aniaya David

Berkaca dari kasus ini, mengapa seorang remaja bisa merasa tidak takut melakukan tindak kekerasan?

Menanggapi hal tersebut, dr Fransiska Kaligis, SpKJ(K) menjelaskan bahwa perilaku bermasalah termasuk kekerasan pada anak dan remaja, umumnya berkaitan dengan faktor biologis, psikologis dan lingkungan.

-
Mario Dandy Satrio (MDS) dalam konferensi pers. (ANTARA FOTO/Luthfia Miranda Putri)

"Biologis misalnya genetik atau temperamen yang dibawa dari lahir. Faktor kepribadian dan lingkungan seperti kondisi lingkungan sosial-ekonomi, pola asuh, pendidikan, pengaruh teman, tontonan atau tayangan, 'modelling' dari figur yang dilihat oleh anak atau remaja tersebut," jelas dokter yang akrab disapa Chika kepada Indozone, Senin (27/2/2023).

Lebih lanjut dr Chika menegaskan, faktor sosial-ekonomi keluarga ternyata tidak secara gamblang mempengaruhi  tindak kekerasan yang dilakukan seorang remaja. Perilaku kekerasan remaja dapat timbul akibat berbagai macam faktor.

Baca juga: Kocak! Soroti Kasus Mario Dandy, Media Singapura Malah Pasang Foto Youtuber David GadgetIn

Menurut dr Chika, jika emosi dan moral anak berkembang secara baik, dapat membantu mereka menentukan persepsi bahwa tindak kekerasan merupakan sesuatu yang negatif.

"Mungkin saja faktor sosial-ekonomi berkontribusi, namun tidak selalu menjadi faktor penentu," jelasnya.

"Apabila faktor lain cukup mendukung perkembangan emosi dan moral anak ke arah yang positif, maka anak juga akan dapat memahami bahwa kekerasan adalah suatu perbuatan yang negatif," pungkas dr Chika.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

X