Tim peneliti Universitas Yale menemukan gen yang sama antara kondisi endometriosis dengan kesehatan mental. Penelitian tersebut menilai, wanita dengan endometriosis berisiko lebih tinggi mengalami depresi.
Endometriosis adalah kondisi ketika endometrium tumbuh di luar dinding rahim. Hal ini mengakibatkan rasa sakit luar biasa selama menstruasi dan kambuh.
Dikutip dari The Sun, Dr Dora Koller yang merupakan penulis utama penelitian mengatakan, ini adalah penelitian pertama yang menemukan kaitan tersebut.
Baca juga: Sedih! Idap Endometriosis, Wanita Ini Harus Jalani Operasi Pengangkatan Rahim
"Studi ini berkontribusi pada peningkatan bukti bahwa endometriosis adalah penyaki sistemik yang mempengaruhi kesehatan mentah dan fisik wanita," kata dr Dora.
Endometriosis mempengaruhi sekitar 1,5 juta orang di Inggris. Angka ini sama dengan jumlah wanita yang mengidap diabetes.
Namun, banyak yang tidak terdiagnosis selama sekitar delapan tahun, karena gejalanya mirip dengan masalah kesehatan lainnya. Seperti nyeri panggul, nyeri saat menstruasi, berhubungan seks, merasa mual, sembelit atau diare.
Baca juga: Meski Sudah Lakukan Prosedur Operasi, Endometriosis Tetap Bisa Kambuh Loh!
Para peneliti menemukan bahwa wanita dengan endometriosis 3,6 kali lebih mungkin mengalami depresi. 2,9 kali lebih mungkin mengalami gangguan makan, serta 2,6 kali lebih mungkin mengalami kecemasan.
Dr Koller mengatakan, rasa sakit kronis mungkin menjadi faktor di bali meningkatnya tingkat depresi. Tapi ini bukan satu-satunya faktor.
"Hasil kami menyoroti bahwa nyeri kronis tidak sepenuhnya menjelaskan peningkatan kemungkinan kecemasan, depresi, dan gangguan makan yang diamati pada kasus endometriosis," ungkapnya.
"Temuan ini menyoroti bahwa endometriosis dikaitkan dengan kesehatan mental wanita melalui mekanisme pleiotropik," tambahnya.
