Benarkah Kanker Prostat Timbul Karena Jarang Bercinta? Berikut Kata Dokter

- Kamis, 18 Februari 2021 | 18:32 WIB
Ilustrasi Pemeriksaan Kanker Prostat. (Photo/Freepik)
Ilustrasi Pemeriksaan Kanker Prostat. (Photo/Freepik)

Dokter spesialis Uro-Onkologi Dr. dr. Nur Rasyid. Sp.U(K). menjelaskan bahwa hubungan seksual bagi laki-laki menandakan kemampuan ereksinya masih berfungsi baik.

Katanya, ereksi yang melemah jadi pertanda adanya masalah pada pembuluh darah, salah satunya penyakit kanker prostat.

"Jadi seorang laki-laki yang teratur melakukan aktivitas seksual pasti kesehatannya secara umum akan lebih baik. Sebaliknya, gangguan ereksi disebut sebagai alarm bahwa adanya masalah pembuluh darah," jelas dokter Rasyid dalam webinar daring 'World Cancer Day 2021', Rabu (17/02/2021).

Ia melanjutkan, bahwa gangguan ereksi yang berarti adanya masalah pembuluh darah bisa menandakan penyakit pada organ lain juga. Sehingga, gangguan ereksi yang menyebabkan aktivitas seksual seseorang menurun belum terbukti akan meningkatkan risiko terjadinya kanker prostat.

Baca Juga: Masuki Masa Vaksinasi Tahap-2, Menkes Budi Sebut Kasus Covid-19 pada Nakes Menurun

"Ereksi itu alarm adanya pembuluh darah yang kurang baik. Pembuluh darah bisa ke jantung, ke otak, sakit ginjal. Jadi kalau ditanya, apakah orang yang tidak beraktivitas seksual mempunyai risiko kanker prostat lebih tinggi, enggak ada penelitian," papar dokter Rasyid.

Ia menyampaikan bahwa penyakit apapun diperlukan adanya diagnosa yang tepat. Sebab, gangguan ereksi pada pria lanjut usia tidak selalu jadi pertanda penyakit.

Seperti perempuan yang akan mengalami menopause saat lansia, pria juga mengalaminya.

"Kalau wanita kan namanya menopause kalau laki-laki andropause. Itu secara klinis mengalami keluhan baik fisik maupun psikologis," ucapnya.

Secara psikologis, laki-laki yang sudah mengalami andropause akan mengalami gejala cepat lelah, emosional, kekuatan yang menurun, ereksi pagi menurun, juga libido yang turun.

Dokter Rasyid mengatakan, kondisi itu bisa diatasi dengan terapi pengganti hormon asalkan orang tersebut sehat dan tidak punya riwayat atau tanda kanker prostat.

"Jadi keluhan-keluhan ini memang ada. Kemudian kita buktikan periksa dengan testosteron total. Pastikan orang ini tidak mempunyai kemungkinan kanker prostat (dibuktikan) dengan biopsi dan PSA," jelasnya.

Editor: Administrator

Tags

Terkini

X