Pakar Gizi Tak Anjurkan Orangtua Terapkan Diet Vegan Untuk Anak di Bawah Usia Dua Tahun

- Selasa, 19 Juli 2022 | 18:08 WIB
Ilustrasi orang tua tengah memberi asupan makanan pada balita. (Andrea Piacquadio/Pexels)
Ilustrasi orang tua tengah memberi asupan makanan pada balita. (Andrea Piacquadio/Pexels)

Ketua Pusat Kajian Gizi dan Kesehatan UI Ahmad Syafiq tidak menganjurkan orang tua menerapkan diet vegan pada anak yang masih dalam tahapan tumbuh-kembang terutama pada anak di bawah usia dua tahun (baduta).

Alasannya, kata Syafiq, pangan hewani sangat diperlukan untuk menunjang proses tumbuh-kembang anak.

Apabila diet vegan diterapkan pada baduta, dikhawatirkan kecukupan zat-zat mikronutrien tidak sempurna sehingga sebaiknya orangtua tidak memaksakan anak untuk menjalani hidup vegan.

“Saya tidak setuju kalau vegan itu diberikan pada anak-anak, dia tetap harus konsumsi pangan hewani. Kalau vegetarian, okelah, misalkan lacto-vegetarian, jadi dia masih dapat (protein hewani) dari susu. Jadi jangan langsung ke vegan kalau anak-anak kecil itu, vegan terlalu berat. Itu saran saya,” kata Syafiq dalam webinar yang diikuti secara virtual seperti yang dilansir Antara, Selasa (19/7/2022).

Ia mengatakan bahwa bayi/anak usia 6-23 bulan sangat memerlukan pemberian makanan tambahan dengan protein hewani.

Syafiq menjelaskan bahwa pangan hewani penting untuk dikonsumsi anak-anak karena memiliki kepadatan zat gizi makro dan mikro serta mengandung zat gizi yang sulit ditemukan atau tidak ada pada pangan nabati.

Pada pangan hewani, mikronutrien yang dikandung mudah diserap oleh tubuh sehingga zat besi dapat diserap berkali-kali lipat lebih mudah dibandingkan zat besi yang ada pada pangan nabati.

Pangan hewani juga memiliki mutu protein tinggi dengan asam amino esensial yang lengkap.

“Kemudian pangan hewani memiliki kandungan faktor anti-nutrient yang rendah. Faktor anti-nutrient itu zat-zat tertentu pada pangan nabati yang mengurangi penyerapan zat gizi lain, misalnya pada teh itu ada tannin yang menghambat penyerapan zat besi. kalau pada pangan hewani, tidak ada faktor anti-nutrient-nya atau kalaupun ada, itu rendah,” jelas Syafiq.

Khusus pada susu, sumber gizi ini mengandung insulin-like growth factor-1 (IGF-1) yang meningkatkan tinggi badan.

Tak hanya itu, menurut studi yang dipublikasikan di jurnal Nature pada 2022, pangan hewani juga dapat menurunkan risiko obesitas yang secara metabolik tidak sehat (metabolically unhealthy obese/MUO).

“Konsumsi protein apapun jenisnya. Tapi lebih baik lagi protein dari hewani, itu ternyata menurunkan risiko obesitas,” ujar Syafiq.

Menurut Syafiq, sejumlah penelitian di Indonesia menunjukkan hubungan yang erat antara kekurangan asupan protein hewani terhadap kondisi stunting dan masalah gizi lainnya.

Ia menganjurkan agar orang tua bisa memberikan pangan hewani yang mencakup telur, ayam, ikan, daging sapi dan susu.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

Hindari 4 Makanan ini Saat Kamu Anemia!

Selasa, 23 April 2024 | 16:00 WIB
X