Mengenal Bahayanya Aneurisma Otak

- Selasa, 1 Oktober 2019 | 09:29 WIB
Ilustrasi. (Pexels/Atul Choudhary)
Ilustrasi. (Pexels/Atul Choudhary)

Aneurisma otak merupakan gangguan kesehatan yang terjadi karena melemahnya dinding pembuluh darah sehingga mengarah pada pembengkakan.

Kondisi ini dapat berkembang menjadi sangat serius ketika aneurisma otak pecah dan terjadi perdarahan subarachnoid. Aneurisma otak biasanya mempengaruhi arteri otak utama yang mengalir di bawah otak dan dasar tengkorak. 

Siapa pun dapat menderita Aneurisma Otak. Namun demikian, risiko pecahnya Aneurisma meningkat pada orang yang berusia di atas 40 tahun, dan pada wanita, risikonya lebih besar daripada pria.

Dokter spesialis bedah saraf Mardjono Tjahajadi mengatakan, sebenarnya ada beberapa faktor risiko yang menjadi penyebab dari kondisi aneurisma otak. Beberapa masalah itu, bisa menjadi acuan untuk seseorang segera memeriksakan dirinya apabila mengalami gejala.

Meski belum diketahui pasti apa yang menyebabkan aneurisma, namun beberapa faktor diketahui dapat meningkatkan risiko kemunculan.

Berikut ini beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terkena aneurisma:

  • Tekanan darah tinggi
  • Aterosklerosis (penyumbatan pembuluh darah)
  • Tingkat tinggi serum kolesterol dalam tubuh
  • Trauma atau cedera
  • Merokok dan penggunaan tembakau
  • Infeksi di dalam darah
  • Usia tua
  • Penyakit ginjal polikistik
  • Alkoholisme
  • Diabetes
  • Riwayat keluarga

Gejala yang ditimbulkan pada aneurisma otak memang berbeda-beda, tergantung dari tingkat keparahannya. Pada kasus aneurisma otak yang belum pecah, gejala baru ditunjukkan saat aneurisma sudah begitu besar hingga menekan jaringan atau saraf pada otak. Ada pun gejala tersebut berupa:

  • Pusing.
  • Nyeri di sekitar mata.
  • Sulit berbicara.
  • Keseimbangan terganggu.
  • Sulit berkonsentrasi atau memiliki daya ingat yang pendek.
  • Kelumpuhan pada salah satu sisi wajah.
  • Gangguan penglihatan.
  • Kelopak mata turun.

Saat aneurisma otak sudah pecah, gejala yang muncul dapat berupa:

  • Mual dan muntah.
  • Leher menjadi kaku
  • Penglihatan menjadi kabur atau memiliki penglihatan ganda.
  • Kejang.
  • Sakit kepala parah.
  • Kehilangan kesadaran.
  • Sensitif terhadap cahaya.
  • Lumpuh atau lemah pada salah satu sisi tubuh atau tungkai.

Aneurisma Otak harus segera diobati untuk menghindari konsekuensi yang fatal. Tujuan terapi berikut ini adalah untuk menghentikan agar aneurisma tidak pecah, atau mencegah pendarahan jika aneurisma sudah pecah:

Prosedur Bypass - Ini digunakan untuk mengubah rute aliran darah di sekitar bagian arteri yang tersumbat (dikerjakan pada waktu yang sama saat melaksanakan prosedur oklusi).

Prosedur Endovaskuler - Kateter yang dimasukkan dari selangkangan dan diarahkan ke arah pembuluh darah otak yang terpengaruh. Koil platinum kemudian dilepaskan ke dalam aneurisme untuk menginduksi pembentukan gumpalan darah.

Bedah Mikro Penjepitan Aneurisma - Dokter bedah menempatkan jepitan di sekitar aneurisme yang membengkak untuk memotong pasokan darah dan mencegah pendarahan lebih jauh.

Oklusi - Prosedur bedah terbuka ini memblokir aliran darah ke aneurisme melalui arteri.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Terkini

X