Sebuah studi yang diterbitkan di Science Advances menunjukkan bahwa manusia cenderung menjalin persahabatan dengan individu yang mengeluarkan bau badan serupa.
Inbal Ravreby, seorang mahasiswa pascasarjana yang bekerja di laboratorium Profesor Noam Sobel di Departemen Ilmu Otak Weizmann seperti yang dikutip Sciencedaily baru-baru ini mengemukakan bahwa manusia juga bergantung pada indera penciuman ketika mereka menentukan apakah seseorang adalah teman atau musuh, meskipun diam-diam.
Untuk menguji hipotesisnya, Ravreby merancang teman non-romantis sesama jenis, mereka yang langsung klik pertemanannya awalnya dibuat dengan sangat cepat karena pertemanan seperti itu muncul sebelum pasangan itu benar-benar saling mengenal secara detail.
Oleh karena itu, dia berspekulasi bahwa mereka mungkin dipengaruhi oleh karakteristik fisiologis seperti bau badan.
Ravreby mengumpulkan sampel bau badan dari teman yang langsung klik dan melakukan dua eksperimen untuk membandingkan sampel dengan sampel yang dikumpulkan dari pasangan individu secara acak.
Dalam kedua jenis eksperimen, kecocokan teman itu ditentukan untuk mencium bau yang lebih mirip satu sama lain secara signifikan daripada individu dalam pasangan acak.
Indera penciuman sering memainkan peran penting dalam interaksi sosial di antara mamalia darat, tetapi belum ada penelitian yang berfokus pada manusia dan indera penciumannya.
“Ini bukan untuk mengatakan bahwa kita bertindak seperti kambing atau tikus – manusia cenderung mengandalkan isyarat lain yang jauh lebih dominan dalam pengambilan keputusan sosial mereka. Namun demikian, hasil penelitian kami menunjukkan bahwa hidung kita memainkan peran yang lebih besar daripada yang diperkirakan sebelumnya dalam memilih teman,” kata Profesor Noam Sobel.
