Sejarah AIDS di Indonesia, Prof Zubairi Djoerban Penemu Pertama Kali Tahun 1983

- Kamis, 1 Desember 2022 | 09:30 WIB
Prof Zubairi Djoerban. (Instagram/@profesorzubairi) / Ilustrasi gejala HIV. (Freepik)
Prof Zubairi Djoerban. (Instagram/@profesorzubairi) / Ilustrasi gejala HIV. (Freepik)

Tanggal 1 Desember menjadi peringatan hari AIDS Sedunia. Pada peringatan ini, sejumlah aktivis atau penggiat HIV/AIDS menggelar kegiatan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya penyakit itu.

Namun, ketika berbicara AIDS, nama Prof Zubairi Djoerban tentu sudah tidak asing bagi para dokter dan para pemerhati penyakit ini. Ya, Prof Zubairi merupakan dokter sekaligus orang yang menemukan pertama kali penyakit tersebut di Indonesia.

Dalam cuitan yang diunggah ke akun Twitter miliknya, Prof Zubairi mengatakan, bahwa penyakit ini ada di Indonesia pertama kali pada tahun 1983. Kala itu, pemerintah masih menyangkal bahwa penyakit menular ini masuk Indonesia.

“Mereka bilang, orang Indonesia mustahil kena AIDS karena kita negara berbudaya dan agamis. Padahal, tak ada hubungannya dengan itu. Situasinya mirip kala COVID-19 masuk sini. Mereka juga menyanggah,” ucapnya dikutip dari Twitter/profesorzubairi.

-
Profesor sekaligus Penemu penyakit AIDS pertama di Indonesia, Prof Zubairi Djoerban. (Twitter/profesorzubairi)

Baca Juga: Profesor Zubairi Djoerban Angkat Bicara soal Pandemic Superbugs yang Menyebar di India

Awalnya, penyakit ini terjangkit pada seorang homoseksual, dan ada dugaan bahwa pola penyebaran AIDS di Indonesia serupa dengan di negara-negara lain.

Lantas, bagaimana perjalanan penyakit ini, hingga akhirnya tersebar luas di Indonesia?

1983

Dikutip dari sayaberani.org, Prof Zubairi pada tahun 1983 melakukan penelitian terhadap 30 waria di Jakarta. Lantaran rendahnya tingkat limfosit dan gejala klinis, Prof Zubairi menyatakan dua di antaranya kemungkinan AIDS.

1984

Lalu, pada tahun 1984, dilakukan Kongres Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (KOPAPDI) VI, pada Juli. Dalam kongres itu dilaporkan, dari 15 orang yang diperiksa, tiga memenuhi kriteria minimal untuk diagnosis AIDS.

Pada November, Kepala Divisi Transfusi Darah PMI, Dr. Masri Rustam menyatakan, masyarakat tidak perlu khawatir AIDS menyerang penerima transfusi darah di sini. Walau skrining membutuhkan biaya besar, pencegahan dilakukan dengan melarang kaum homoseksual atau waria menjadi donor darah.

1985

Pada 2 September 1985, Menkes menyatakan, sudah ada lima kasus AIDS ditemukan di Bali. Namun, Direktur Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman (P2MPLP) Depkes, Dr. M. Adhyatama mengaku, tidak tahu adanya penemuan kasus tersebut.

Sementara itu, seorang perempuan berusia 25 tahun dengan hemofilia dinyatakan terinfeksi HIV pada September di Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ). Pada 11 November, Menkes bilang, belum pernah ditemukan orang yang betul-betul terkena penyakit AIDS.

Menjawab pertanyaan wartawan, Menkes bilang, jika manusia bertaqwa keapda Tuhan, maka tidak usah khawatir terjangkit penyakit AIDS.

1986

Pada Januari, tes HIV dapat dilakukan di RSCM dengan biaya Rp 62.500. Hasil positif akan dikirim ke AS untuk penelitian lebih lanjut. Pada Maret, satuan tugas RSCM dan FK-UI yang dibentuk pada 1985 untuk mengkaji masalah AIDS diresmikan sebagai Kelompok Studi Khusus (Pokdisus) AIDS.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

Stop! Inilah 7 Bahaya dari Kebiasaan Menggigit Kuku

Selasa, 16 April 2024 | 09:00 WIB

6 Tips yang Membantu Mempertahankan Kesehatan Mata

Selasa, 16 April 2024 | 07:00 WIB

6 Manfaat Mencuci Tangan untuk Kesehatan

Senin, 15 April 2024 | 16:00 WIB
X