Studi Sebut Perubahan Iklim Mengakibatkan Peningkatan Bunuh Diri dan Penyakit Menular

- Sabtu, 23 Oktober 2021 | 23:38 WIB
Ilustrasi perubahan iklim. (Photo/Ilustrasi/Unsplash)
Ilustrasi perubahan iklim. (Photo/Ilustrasi/Unsplash)

Efek perubahan iklim menjadi nyata tidak hanya untuk fisiologi bumi, tetapi juga dalam hal pola perilaku berbahaya di antara manusia. Lonjakan suhu di Bumi menyebabkan penyakit terkait panas di antara manusia, bersama dengan berbagai penyakit termasuk penyakit menular, kualitas tidur yang buruk, dan peningkatan kasus bunuh diri.

Dilansir dari India Times, Sabtu (23/10/2021), laporan baru tersebut disusun oleh The Lancet Countdown dan ditandatangani oleh para peneliti kesehatan dan profesional dari lebih dari 70 institusi di seluruh dunia.

Selama konferensi pers pada hari Selasa, Dr. Renee Salas, salah satu penulis laporan tersebut menyarankan bahwa dari sudut pandang kesehatan, setiap kenaikan suhu global berbahaya bagi manusia. Dr. Salas menyebut perubahan iklim sebagai "krisis kesehatan".

Selama beberapa dekade terakhir, contoh dan intensitas gelombang panas, kebakaran hutan dan kekeringan juga telah menyaksikan lonjakan. Ketika panas naik, orang lebih rentan terhadap kelelahan panas dan sengatan panas. Selain itu, tingkat kejahatan serta bunuh diri cenderung naik karena kesehatan masyarakat menderita akibat perubahan iklim.

Baca juga: Demi Antisipasi Krisis Energi, Pemerintah: Indonesia Harus Tingkatkan Produksi Migas

Faktanya, sebuah penelitian berbeda mengklaim bahwa di Amerika Serikat saja, tingkat bunuh diri meningkat 0,7 persen untuk setiap derajat (Celcius) kenaikan suhu rata-rata.

Bahaya perubahan iklim tidak terhitung dan para ilmuwan masih berusaha memahami bagaimana peningkatan perubahan ini akan mempengaruhi penduduk Bumi. Laporan tersebut juga menyinggung bahaya asap kebakaran hutan dan banjir yang lebih sering terjadi.

Asap kebakaran hutan dikaitkan dengan penyakit paru-paru dan kematian dini, terutama di kalangan anak-anak. Saat banjir meningkat, kondisi yang membantu pertumbuhan nyamuk penyebar penyakit cenderung berkembang. Studi tersebut memperkirakan bahwa penularan demam berdarah saat ini lima kali lebih tinggi daripada tahun 1950-an.

Ancaman segera seperti perubahan iklim sekarang menjadi kenyataan hidup bagi banyak orang, termasuk di India. Sebuah laporan baru-baru ini menuduh bahwa India adalah salah satu dari lima negara di dunia di mana populasi rentan telah terkena kondisi panas yang ekstrim dalam lima tahun terakhir.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

Hindari 4 Makanan ini Saat Kamu Anemia!

Selasa, 23 April 2024 | 16:00 WIB

Simak Gejala Sifilis yang Penting untuk Diwaspadai!

Minggu, 21 April 2024 | 19:13 WIB
X