Di awal bulan Juni lalu, seorang pendaki bernama Andi Sulistyawan (18 tahun), meninggal dunia ketika melakukan pendakian bersama dengan teman-temannya di Gunung Lawu.
Warga Desa Kemuning, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar ini, ditemukan tak bernyawa dalam eadaan telanjang dada di kawasan Gunung Lawu yang terletak di perbatasan Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah dan Kabupaten Magetan, Jawa Timur.
Awalnya, teman-teman Andi mengira bahwa dirinya meninggal dunia karena jatuh ke jurang. Rupanya, setelah ditelisik lebih jauh, Andi meninggal dunia karena terkena hipotermia.
Selang beberapa minggu setelah insiden itu, beredar video bahwa Andi masih hidup di hari saat teman-temannya mencari keberadaannya. Pendaki lain dari Ungaran bahkan sempat bertemu dengan Andi.
Di sebuah lokasi, para pendaki dari Ungaran melihat sosok Andi sedang mengumpulkan kayu cantigi, dengan mematahkannya. Saat pertemuan itu terjadi, para pendaki Ungaran sempat bertanya daerah asal Andi dan berapa orang yang melakukan pendakian.
Anehnya, saat itu Andi rela melepaskan pakaian yang dipakainya untuk membungkus potongan kayu yang dikumpulkannya. Padahal, tubuhnya sudah menggigil kena terpaan hawa dingin.
Setelah kejadian itu banyak yang bertanya-tanya, kenapa Andi melepaskan bajunya padahal suhu sedang dingin-dinginnya.
Ayo kita ambil hikmah dari peristiwa ini dan belajar "Kenapa hipotermia parah bisa memicu Paradoxical Undressing?"
— Ns. Rizal do????? (@afrkml) July 25, 2020
Dia kedinginan hebat, tp kok justru merasa kepanasan sampe buka baju ya? Bukankah makin berbahaya?
Itulah paradoksnya. Ayo cari tau kenapa!
- UTAS ttg Hipotermia https://t.co/g9sg8O9sFW
Seorang perawat bernama Rizal dengan nama pengguna akun Twitter bernama afrkml, mengungkapkan bahwa hipotermia parah bisa memicu yang namanya Paradoxical Undressing.
"Ayo kita ambil hikmah dari peristiwa ini dan belajar 'Kenapa hipotermia parah bisa memicu Paradoxical Undressing?', cuit afrkml pada Sabtu (25/7/2020).
Lewat cuitan itu, Rizal menjelaskan bahwa WHO mengklasifikasikan hipotermia menjadi tiga, berdasarkan suhunya. Di setiap klasifikasi kata Rizal, tentu memiliki penanganan yang berbeda.
WHO mengklasifikasikan derajat hipotermia menjadi tiga
— Ns. Rizal do????? (@afrkml) July 25, 2020
Hipotermia ringan (36,5-36,0 °C)
Hipotermia sedang (35,9-32 °C)
Hipotermia berat (<32 °C)
Pertolongan pertama hipotermia utk masing2 derajat akan dibahas pada thread terpisah. Kita akan fokus pada paradoksnya saja kali ini pic.twitter.com/n7jLfFlB3G
Rizal menjelaskan bahwa tubuh manusia dilengkapi dengan hipotalamus, yang ketika suhu tubuh turun, maka hipotalamus akan berperan sebagai penyeimbang.
"Peningkatan kerja otot akan menghasilkan energi dlm bentuk panas. Ini cara tubuh menyeimbangkan panas pada tahap awal. Akan tetapi, kalau cara ini masih blm bisa menyeimbangkan suhu tubuh. Hipotalamus (HP) masih punya cara lain," sambungnya.