Mutiara Maharini: Tingkat Membantu Orang yang Jadi Korban Cyberbullying Masih Rendah

- Rabu, 2 November 2022 | 12:33 WIB
Mutiara Maharini, Psychologist Trainee Universitas Indonesia. (INDOZONE).jpeg
Mutiara Maharini, Psychologist Trainee Universitas Indonesia. (INDOZONE).jpeg

Perkembangan digital di Indonesia saat ini, rupanya sangat berpengaruh terhadap perubahan masyarakat sebagai pelakunya. Enggak hanya perubahan positif yang terjadi, tapi ada pula pengaruh negatif dengan adanya perkembangan digital.

Salah satu hal yang sampai saat ini masih sering dibahas adalah, cyberbullying atau perundungan di siber. Banyak di antara kita, tentu saja pernah mengalami masalah ini.

Influencer sekaligus Psychologist Trainee UI, Mutiara Maharini, mengatakan, ada beberapa hal yang kerap menjadi sasaran cyberbullying. Sebut saja masalah bodyshaming.

Baca Juga: Sering Terjadi Cyberbullying di Sosmed, Ini yang Harus Dilakukan agar Tak Jadi Korban

“Sesederhana kita lagi ngeliatin influencer atau public figure nge-post gitu ya, ada aja tuh yang komen,” ucap psikolog yang akrab disapa Mahari, di sela acara Your Voice Matters di Auditorium Prof. Wuryanto UNNES, Semarang, Rabu (2/11/2022).

“‘Mbak kayaknya terlalu gemuk deh’, ‘Mbak kayaknya terlalu kurus deh’. Yang paling hobi tuh netizen Indonesia bodyshaming soalnya. Bukan cuma netizen Indonesia sih, tapi seluruh dunia,” sambungnya.

Selain itu, masalah lain yang kerap dihadapi bagi pelaku digital saat ini yaitu rasisme. Hal itu bisa memicu keributan di dunia siber hingga membuat pelakunya merasa tertekan atau kena mental.

“Dan sebenarnya yang membuat ini jadi sesuatu yang perlu kita berikan concern adalah karena yang namanya cyberbullying, dampaknya besar, tapi enggak kelihatan besar. Karena satu, pelakunya ini tuh biasanya mengumpat dibalik akun-akun anonymous,” katanya.

Baca Juga: Survei: 1.182 Siswa Indonesia Pernah Jadi Pelaku Cyberbullying

None Jakarta 2019 ini menyampaikan, masalah cyberbullying yang sampai sekarang masih menjadi pekerjaan rumah bagi pelaku siber adalah tingkat kepedulian kepada korban masih rendah.

“Aku akuin, ini masih jadi PR kita, kalo ngeliat orang lagi kena cyberbullying, by standart efect atau kita sebagi orang yang ada di situ, itu kemungkinan untuk ngebantu orang yang jadi korban, itu lebih rendah dibandingkan kita ngeliat orang dibully secara langsung,” tuturnya.

Menurut Mahari, berdasarkan riset yang dilakukan UNICEF di Indonesia, tingkat korban dari cyberbullying rupanya cukup tinggi. Ia mengatakan, masalah itu banyak dirasakan oleh anak muda.

“Kalo yang aku bilang, cyberbullying itu nyata dan besar, ini tuh sebenarnya senyata itu, karena ada penelitian UNICEF yang dilakukan di Indonesia, dan itu nemuin kalo 45% dari anak muda, pernah ngamalin cyberbullying. Dan berarti, 45% orang yang ngalamin, dampaknya pasti besar,” imbuh Mutiara Maharini.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

Hindari 4 Makanan ini Saat Kamu Anemia!

Selasa, 23 April 2024 | 16:00 WIB
X