Tidak dapat dipungkiri, banyak dari orang tua yang kerap melarang anak-anaknya untuk bermain. Namun, psikolog anak Anastasia Satriyo menyampaikan bahwa ternyata bermain memiliki peran penting bagi tumbuh kembang anak.
"Otak anak itu berkembang paling awal di tujuh tahun pertama di area emosinya. Area emosi ini terkait imajinasi, story telling, cerita, beragam warna, dan ekspresi bentuk wajah," kata Anastasi dalam konferensi pers IKEA, Minggu (6/11/2022).
Anastasia melanjutkan, cara belajar anak tidak selalu duduk dengan kertas atau diceramahi semata. Namun, bermain juga bisa menjadi sarana anak untuk belajar dalam mengembangkan area otak imajinasi.
Baca juga: PPKM Diperpanjang, Kini Tempat Permainan Anak di Mal Sudah Boleh Dibuka
"Justru bermain adalah belajarnya anak dan alat bermain itu mengembangkan aspek emosinya, kepedulian anak terhadap lingkungan sekitar, dan bagaimana bersosialisasi dengan teman," tambahnya.
Manfaat Bermain untuk Anak
Bila orangtua paham terkait perkembangan area emosi, umumnya mereka memperbolehkan anak bermain untuk perkembangan otak. Bukan hanya sekedar membuang waktu, bermain juga bisa meningkatkan kognitif sosial anak.
"Manfaat bermain untuk meningkatkan kognitif anak, fisik juga, dan mengembangkan kesejahteraan emosi, sosial, atau kesehatan mental. Ini jadi fondari untuk masa anak-anak sampai remaja nanti," ujar Anastasia.
Lewat bermain, diharapkan anak bisa belajar mengerti tentang dirinya dan dunia sekitar. Sehingga nantinya, anak berkembang dengan memiliki empati dan kepedulian akan lingkungan sekitarnya.
Baca juga: Dua Bocah Terluka Parah Setelah Istana Goyang Permainan Anak Meledak
Permainan untuk Perkembangan Anak
Anastasia memberikan beberapa jenis permainan yang menarik untuk anak dan orang tua, Misalnya bermain role play, menyusun lego, atau bermain slime.
"Sebagai orang tua, kita harus punya basic knowledge tentang 3 tahap bermain anak yaitu sensory play (balita), role play (4-5 tahun ke atas), dan problem solving (untuk umur lebih dewasa)," ungkapnya.