Mengenal ISPA pada Anak, Orangtua Harus Waspada

- Kamis, 27 Februari 2020 | 18:55 WIB
Ilustrasi anak-anak. (Pexels/Bruna Saito)
Ilustrasi anak-anak. (Pexels/Bruna Saito)

Saat musim hujan, anak rentan terkena Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Biasanya penyakit ini berlangsung selama dua minggu. ISPA terbagi menjadi dua yakni bagian atas dan bagian bawah.

Penyakit ISPA bagian atas biasanya common cold atau selesma. Angka kejadian ini terbilang tinggi. Gejalanya adalah batuk, pilek, dan demam yang sering disalahartikan sebagai flu.

"Anak-anak terutama balita bisa 6-8 kali dalam setahun kena selesma. Ini biasanya sering disalahartikan sebagai flu, padahal bukan. Selesma bisa sembuh sendiri sedangkan influenza gejalanya lebih berat," ujar dokter spesialis anak Dr. dr Nastiti Kaswandani, Sp. A (K) dalam konferensi pers produk Betadine, Kamis (27/2/2020) di kawasan Menteng, Jakarta Pusat.

-
Dr. dr Nastiti Kaswandani, Sp. A (K) berikan penjelasan terkait ISPA pada anak.

Gejala influenza biasanya demam, sakit kepala, nyeri kepala, batuk pilek, susah bangun, berlangsung selama 3-10 hari, dan sebagian kasus membutuhkan antibiotik untuk menyembuhkan. ISPA pada umumnya disebabkan oleh 3 virus. Pertama adalah Rhinovirus yang paling banyak menyebabkan common cold, Coronavirus, dan virus influenza.

Meskipun selesma atau influenza umum terjadi pada anak, orangtua tetap perlu waspada. Sebab ISPA saluran atas itu bisa pula menyerang ke saluran bawah. Kalau sudah begitu, bisa berbahaya bagi nyawa anak karena angka kematian akibat ISPA saluran bawah juga tinggi.

-
Konferensi pers Rangkaian Kebaikan Alam yang Melindungi untuk Jaga Kesehatan dan Lindungi Diri Secara Menyeluruh dari Betadine, Kamis (27/2/2020) di Jakarta.

"ISPA saluran atas bisa menyerang ke saluran bawah karena tiupan napas anak masih pendek. Kalau sampai terkena ISPA bagian bawah bahaya, bisa sampai pneumonia. Pneumonia adalah penyebab kematian utama pada anak karena menyerang paru-paru," kata dr Nastiti.

Diungkapkan olehnya, Indonesia menempati posisi keenam untuk kasus pneumonia pada anak terbanyak di dunia. Prevalensi pneumonia paling banyak terjadi di Indonesia bagian tengah dan timur. Hal ini dikarenakan akses ke pelayanan rumah sakit terbilang sulit.

"Pneumonia itu menyebabkan paru-paru kerendam air sehingga pertukaran udara terganggu, fungsi oksigenasi juga terganggu sehingga menyebabkan infeksi," tandas dr Nastiti.


Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

7 Cara Efektif Mengatasi Rasa Ngantuk saat Bekerja

Selasa, 16 April 2024 | 20:43 WIB

Stop! Inilah 7 Bahaya dari Kebiasaan Menggigit Kuku

Selasa, 16 April 2024 | 09:00 WIB
X