Yuk Sadari Bahaya Depresi untuk Cegah Tindakan Bunuh Diri

- Sabtu, 10 September 2022 | 21:15 WIB
Ilustrasi depresi. (Freepik/jcomp)
Ilustrasi depresi. (Freepik/jcomp)

Depresi sering kali dianggap kondisi yang tidak membahayakan. Padahal, jika depresi tidak ditangani dengan baik bisa memicu tindakan bunuh diri.

Dalam rangka Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia Psikolog klinis Ratih Ibrahim, M.M., Psikolog mengajak agar masyarakat lebih menyadari bahaya depresi apabila tidak tertangani dengan baik karena berisiko menimbulkan ide dan tindakan bunuh diri.

“Saya mau mengajak kita semua untuk aware dengan apa sebetulnya depresi itu dan bagaimana kemudian sampai kepada bunuh diri,” kata Ratih dikutip dari Antara.

Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang dikeluarkan pada tahun ini, Ratih menyebutkan bahwa 1 dari 8 orang di seluruh dunia atau sekitar 970 juta orang di dunia mengalami gangguan mental. Kecemasan dan depresi menjadi gangguan mental yang paling umum.

Ratih mengatakan bahwa data dari WHO tersebut tidak main-main. Ia juga menegaskan bahwa depresi bisa membunuh seseorang secara diam-diam (silent killer) sehingga tidak bisa diremehkan.

Baca juga: Kiat Mengelola Stres untuk Millenial dan Gen Z Biar Dikit-Dikit Nggak Bilang Lagi Depresi

Ratih menambahkan bahwa depresi merupakan gangguan mental yang ditandai dengan mood yang depresif, kehilangan minat, self esteem semakin turun, muncul perasaan bersalah terus-menerus, serta aktivitas dan keberfungsian sehari-hari yang terus-menerus terganggu.

Menurutnya, depresi juga akan mempengaruhi kesehatan fisik, penurunan performa dan prestasi, penurunan kualitas hubungan dengan teman dan keluarga, penurunan produktivitas, serta penurunan kesempatan berkontribusi dalam masyarakat.

Ia mengingatkan agar masyarakat terus menyadari pentingnya menjaga lima aspek yang terdiri dari fisik, kognitif, emosi, perilaku, dan sosial sebagai upaya pencegahan depresi.

Jika dijabarkan, aspek fisik menganjurkan agar masyarakat memperhatikan asupan nutrisi dan istirahat yang seimbang, dibarengi dengan olahraga rutin dan aktivitas fisik. Aspek kognitif berarti menjaga agar pola pikir tetap berkembang (growth mindset) sehingga dapat berpikir positif dan realistis.

Aspek emosi menekankan pentingnya self care atau memberikan diri sendiri ruang untuk mengeluarkan emosi negatif dengan cara yang sehat, serta melakukan konseling dengan psikolog klinis dan psikoterapis.

Selain itu, aspek perilaku dapat diwujudkan dengan cara mengumpulkan emosi dan aktivitas positif serta meningkatkan aktivitas intelektual contohnya seperti membaca buku dan menonton film beredukasi. Sementara aspek sosial menganjurkan untuk senantiasa berinteraksi sosial, jika dimungkinkan secara tatap muka, serta terhubung dengan keluarga.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Fahmy Fotaleno

Tags

Terkini

Hindari 4 Makanan ini Saat Kamu Anemia!

Selasa, 23 April 2024 | 16:00 WIB

Simak Gejala Sifilis yang Penting untuk Diwaspadai!

Minggu, 21 April 2024 | 19:13 WIB
X