Ilmuwan AS Sebut COVID-19 Virus Buatan Manusia yang Bocor dari Lab China!

- Selasa, 6 Desember 2022 | 12:00 WIB
Orang-orang berkerumun di jalan selama liburan Hari Buruh di Wuhan , provinsi Hubei, Tiongkok 2 Mei 2021. (REUTERS/Tingshu Wang)
Orang-orang berkerumun di jalan selama liburan Hari Buruh di Wuhan , provinsi Hubei, Tiongkok 2 Mei 2021. (REUTERS/Tingshu Wang)

Seorang ilmuwan dari Amerika Serikat (AS) yang bekerja di laboratorium penelitian kontroversial di Wuhan, China, mengatakan bahwa COVID-19 adalah virus buatan manusia yang bocor dari laboratorium China.

Dua tahun lalu istilah COVID-19 bocor dari Institut Virologi Wuhan, sebuah fasilitas penelitian yang dikelola dan didanai negara jadi perhatian publik.

Baca juga: Ahli Biologi Kampus Arizona Temukan Asal-usul COVID-19: Dari Pasar Makanan Laut di Wuhan

Dilansir New York Post, mengutip pernyataan di surat kabar Inggris The Sun, peneliti Andrew Huff, dalam buku terbarunya 'The Truth About Wuhan' dia berpendapat bahwa sponsor penelitian virus corona di China, pemerintah Amerika Serikat memicu pandemi tersebut.

New York Post mengklaim bahwa Mr. Huffa adalah mantan wakil presiden dari EcoHealth Alliance, sebuah organisasi nirlaba yang berbasis di New York yang berfokus pada penelitian penyakit menular.

-
Ilustrasi virus corona. (FREEPIK)

Mr. Huff mengatakan dalam bukunya bahwa kebocoran di fasilitas Wuhan terjadi karena uji fungsi China tidak memiliki keamanan yang cukup.

Baca juga: Mata-mata AS Sebut Asal-usul Covid-19 Tidak Akan Pernah Diketahui

Namun pejabat pemerintah China serta personel laboratorium Wuhan membantah bahwa COVID-19 berasal dari China.

"Laboratorium asing tidak memiliki langkah-langkah kontrol yang memadai untuk memastikan biosafety, biosecurity, dan manajemen risiko yang tepat, yang pada akhirnya mengakibatkan kebocoran laboratorium di Institut Virologi Wuhan," kata Andrew Huff dalam bukunya.

Organisasi tersebut telah bekerja sama dengan laboratorium Wuhan selama lebih dari satu dekade dan menerima uang dari National Institutes of Health (NIH) untuk meneliti beberapa virus corona yang ditemukan pada kelelawar.

Mr Huff, yang bekerja di EcoHealth Alliance dari 2014 hingga 2016, menyatakan bahwa nirlaba membantu laboratorium Wuhan selama bertahun-tahun dalam mengembangkan metode terbaik yang ada untuk merekayasa virus corona menyerang spesies lain.

"China tahu sejak hari pertama bahwa ini adalah agen rekayasa genetika," tulis Huff, dikutip dari India Times.

"Pemerintah AS harus disalahkan atas transfer bioteknologi berbahaya ke China," lanjutnya.

New York Post juga mengatakan bahwa penyelidikan baru-baru ini oleh ProPublica dan Vanity Fair menemukan bahwa penelitian virus corona paling berbahaya di China di lakukan di Institut Virologi Wuhan.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

10 Dampak Negatif Polusi Udara Terhadap Kesehatan

Selasa, 26 Maret 2024 | 06:20 WIB
X