Pandemi virus corona (Covid-19) membuat banyak orang lebih memerhatikan kondisi kesehatannya. Berbagai upaya dilakukan guna menjaga daya tahan tubuh. Salah satunya rutin berolahraga.
Namun perlu diingat, bukan hanya orang dewasa yang harus menjaga kesehatannya, anak-anak juga harus diperhatikan. Orang dewasa khususnya orangtua bisa mengajak anak untuk berolahraga. Akan tetapi, dikatakan oleh psikolog Finandita Utari, sebelum mengajak anak olahraga, perlu dilihat dulu kemampuan motoriknya.
"Rata-rata anak bisa berdiri dan jalan di usia 1-1,5 tahun, di usia ini bisa dikasih stimulus gerakan-gerakan joget atau senam ringan. Lalu kalau usianya masih delapan atau sembilan bulan bisa baby gym. Kalau sudah empat tahun ke atas bisa ikut kelas olahraga," kata Finandita dalam suatu diskusi online baru-baru ini.
Di sisi lain, mengajak anak untuk olahraga bukanlah hal yang mudah. Oleh karenanya, Finandita mengingatkan orang tua harus menjadi role model bagi anak. Orangtua perlu mencontohkan kepada anak jika dirinya rutin berolahraga. Ciptakan kebiasaan berolahraga setiap hari.
"Kalau orangtua mengharapkan anak suka olahraga maka harus jadi role modelnya. Kalau perlu bikin time table, Senin sampai Jumat olahraganya apa, weekend apa. Tiga bulan itu dilakukan, anak terbiasa berolahraga," ujar Finandita.
Setelah anak terbiasa untuk olahraga, orangtua bisa memberikan penghargaan. Dengan begitu anak semakin termotivasi untuk olahraga. Bentuk penghargaannya tidak harus selalu uang atau barang.
"Secara psikolog ada sosial reward, bentuk penguatan sosial. Contohnya dielus, dipeluk, tos, berikan itu setelah anak selesai olahraga. Kalau orang tua abai, anak akan merasa bahwa apa yang udah dia lakukan di mata orang tua biasa-biasa aja. Jadi dia kurang termotivasi," pungkas Finandita.
