China Lockdown Lagi, WHO Sebut Pandemi COVID-19 Jauh dari Selesai

- Minggu, 20 Maret 2022 | 08:27 WIB
Ilustrasi lockdown akibat pandemi COVID-19 (Unsplash/RichLegg)
Ilustrasi lockdown akibat pandemi COVID-19 (Unsplash/RichLegg)

Dua tahun berselang, pandemi COVID-19 belum juga selesai. Bahkan infeksi virus SARS-CoV-2 itu kembali mengganas dan menyebabkan China, yang menjadi tempat wabah pertama kali ditemukan, kembali mengunci kota alias lockdown.

Dikutip dari laman The Health Site, lonjakan kasus varian Omicron membuat China mengambil kebijakan untuk menutup akses dari maupun menuju kota Shenzhen. Kota yang berteknologi tinggi dengan populasi lebih dari 17 juta jiwa itu ditutup untuk mengendalikan lonjakan kasus COVID-19.

Ini menjadi upaya pemerintah China berjuang untuk menahan wabah kasus virus terburuk di dua tahun terakhir. Sebab, negara itu melaporkan 1.100 infeksi domestik pada hari Minggu 13 Maret 2022 lalu.

Adapun dari Komisi Kesehatan Nasional menunjukkan infeksi kasus Omicron makin parah yaitu lebih dari 300 ribu kasus sehari dalam waktu kurang dari seminggu.

Baca juga: WHO: Kesehatan Bukan Soal Biaya tapi Investasi

Meski begitu, pejabat kesehatan negara itu mengatakan bahwa jumlah infeksi COVID-19 di lonjakan infeksi terbaru China lebih rendah dibandingkan dengan negara lain dan dengan Hong Kong, yang melaporkan lebih dari 32.000 pada hari Minggu itu.
 
Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kembali memperingatkan bahwa pandemi COVID-19 belum selesai. WHO mewanti-wanti kebijakan beberapa negara yang mulai melepas status pandemi.

Bahkan juru bicara WHO menyebutkan akhir dari pandemi COVID-19 ini masih jauh. Hal ini merujuk pada data peningkatan kasus mingguan yang terbaru, Jumat, 18 Maret kemarin.

“Pandemi COVID-19 masih jauh dari selesai, kita pastinya masih berada di tengah-tengah,” ujar Margaret Harris, seperti yang dikutip Indozone dari Reuters, Minggu (20/3/2022).

Badan kesehatan PBB itu sebelumnya memang menyebutkan, fase akut pandemi bisa berakhir di tahun 2022. Namun peluang itu akan sangat bergantung pada seberapa cepat setiap negara-negara di dunia memenuhi targetnya untuk memvaksinasi 70 persen populasi penduduknya.

WHO menyebutkan, lebih dari satu bulan ini sudah terjadi penurunan kasus. Tapi, sejak pekan lalu mulai terjadi peningkatan kembali kasus positif di seluruh dunia. Salah satu dampaknya, bisa dilihat dengan situasi lockdown di Asia dan Provinsi Jilin di China.

WHO menilai varian Omicron yang sangat menular, mulai merebaknya sub-varian BA.2 dan ditambah adanya pelonggaran atau pencabutan aturan terkait protokol aturan kesehatan masyarakat dan sosial, menjadi kombinasi berbagai faktor pemicu terjadinya peningkatan kasus positif.

 

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

X