Punya Kondisi Medis Langka, Pria Alami 'Sindrom Air Mata Buaya' Menangis Setiap Kali Makan

- Selasa, 8 Maret 2022 | 19:33 WIB
Ilustrasi menangis. (Foto/Shutterstock.com/Piti Tan)
Ilustrasi menangis. (Foto/Shutterstock.com/Piti Tan)

Seorang pria baru-baru ini didiagnosis dengan 'sindrom air mata buaya', suatu kondisi medis langka yang menyebabkan orang meneteskan air mata setiap kali makan.

Menangis biasanya dipicu oleh reaksi emosional yang kuat, seperti kesedihan, rasa sakit, atau tawa yang tak terkendali, tetapi dalam kasus yang jarang terjadi, tangisan dapat dipicu oleh sesuatu yang tidak berbahaya seperti makan.

Tahun lalu, seorang pria tua asal China, hanya disebut sebagai Tuan Zhang oleh media, dilaporkan mulai meneteskan air mata ketika dia makan seperti yang dilaporkan Odditycentral.

Dia tidak terlalu memikirkannya pada awalnya, tetapi tangisannya menjadi lebih buruk ketika dia perlu mengunyah lebih lama, dan ini mengganggu kehidupan sosialnya.

Zhang mulai menghindari makan di depan umum, karena takut air mata mengalir di wajahnya di depan orang-orang, ini membuatnya jadi terisolasi.

Untungnya, dia menyadari bahwa ini bukanlah sesuatu yang bisa dia sembunyikan selamanya, dan memutuskan untuk menemui dokter.

Bulan lalu, Zhang pergi ke rumah sakit di Wuhan untuk pemeriksaan, dan didiagnosis dengan kondisi medis langka yang umumnya dikenal sebagai “sindrom air mata buaya”.

Dr Cheng Mian Chinh, kepala Departemen Oftalmologi di rumah sakit tersebut menjelaskan bahwa kondisi tersebut erat kaitannya dengan kelumpuhan wajah pria tersebut sebelumnya.

Proses pemulihan dari kelumpuhan wajah telah mempengaruhi aktivitas kelenjar lakrimal, terutama yang ada di mata kirinya.

Selama periode pemulihan, serabut saraf wajah menjadi salah arah, dan saraf saliva akhirnya menginervasi kelenjar lakrimal dan bukan kelenjar submandibular.

Hasil dari kesalahan arah saraf wajah ini adalah bahwa rangsangan seperti bau atau rasa makanan, alih-alih menyebabkan air liur, kondisi itu malah merangsang kelenjar lakrimal untuk menghasilkan air mata.

Gejala sindrom air mata buaya bervariasi dari pasien ke pasien, dan kasus yang lebih ringan umumnya ditangani dengan konseling dan pemantauan rutin.

Dalam kasus yang lebih parah, pengobatan yang paling populer adalah suntikan toksin botulinum ke kelenjar lakrimal, untuk menghentikan transmisi sepanjang serat saraf yang diregenerasi secara menyimpang ke kelenjar yang terkena. Efek toksin bertahan sekitar 6 bulan.

Sindrom ini bisa dihilangkan melalui prosedur bedah di bagian saraf matanya. Hingga bedah tersebut dilakukan Zhang.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

10 Dampak Negatif Polusi Udara Terhadap Kesehatan

Selasa, 26 Maret 2024 | 06:20 WIB
X