Kabar Baik! Kemenkes Pastikan Hepatitis Akut Tak Berpeluang Jadi Pandemi, Ini Alasannya

- Kamis, 12 Mei 2022 | 08:35 WIB
Ilustrasi virus hepatitis (Unsplash/Rasi Bhadramani)
Ilustrasi virus hepatitis (Unsplash/Rasi Bhadramani)

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI membawa kabar baik soal kasus hepatitis akut yang belakangan meresahkan masyarakat. Kemenkes memastikan penyakit yang belum diketahui penyebabnya itu tidak akan berpeluang jadi pandemi seperti Covid-19. 

"Tidak berpeluang pandemi jika melihat perkembangan jumlah kasus dan sampai saat ini hanya enam negara yang melaporkan hepatitis akut dengan jumlah kasus lebih dari enam pasien," kata Juru Bicara Kemenkes, dr Siti Nadia Tarmizi, seperti yang dikutip dari ANTARA, Kamis (12/5/2022).

Lebih lanjut, dr Nadia menjelaskan seluruh kasus yang terjadi masih bersifat "probable" hepatitis akut.

"Saat ini total kasus probable hepatitis akut secara global berjumlah 348 dengan 70 kasus tambahan yang masih dalam penyelidikan," sambungnya.

Sementara itu terpisah, mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama mengungkap kemungkinan hepatitis akut menjadi pandemi masih dikaji WHO.

"Tentang kemungkinan penyakit apapun jadi pandemi, maka akan melalui proses ditentukan dulu sebagai Public Health Emergency of International Concern (PHEIC)," katanya.

Dia menjelaskan PHEIC akan mengukur sejumlah barometer status pandemi, di antaranya sebaran penyakit lintas benua, menimbulkan masalah kesehatan yang berarti serta merupakan jenis penyakit baru.


"Lalu sesudah itu dilihat lagi perkembangannya, kalau terus meluas maka baru akan disebut pandemi," sambungnya.

Kalau melihat pengalaman Covid-19, kata dia, pertama kali dilaporkan WHO pada 5 Januari 2020, dinyatakan PHEIC 31 Januari 2020 dan pandemi pada 11 Maret 2020.

Baca juga: Jangan Panik! Ini 5 Langkah Pertolongan Pertama Hepatitis Akut pada Anak

Adapun terkait 15 kasus dugaan hepatitis akut di Indonesia, dia menyebut masih perlu dipastikan apakah kasus itu termasuk klasifikasi WHO "probable", "epi-linked" atau masih "pending" yang memerlukan investigasi lebih lanjut.

"Setidaknya akan baik kalau disebutkan bagaimana hasil pemeriksaan virus hepatitis A sampai E pada 15 kasus itu," jelasnya.

Dia juga mendorong hasil tes laboratorium terkait kemungkinan adanya virus lain, seperti SARS-COV-2, Adenovirus, Epstein Barr dan lainnya, atau mungkin juga toksin dan ada tidaknya autoimun.

"Kalau memang sudah ada 15 kasus maka tentu sudah dilakukan Penyelidikan Epidemiologis (PE) mendalam sehingga pola penularan dapat mulai diidentifikasi, baik antar kasus maupun juga dengan lingkungan dan lainnya," pungkas Prof Tjandra Yoga Aditama.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

Hindari 4 Makanan ini Saat Kamu Anemia!

Selasa, 23 April 2024 | 16:00 WIB
X