Sampai saat ini, wabah virus corona masih menjadi momok menakutkan bagi banyak orang dari berbagai penjuru dunia. Virus yang berasal dari Wuhan, Tiongkok ini begitu cepat menyebar ke sejumlah negara.
Rupanya, wabah virus corona bukan hanya membuat kesehatan seseorang terganggu saja, tapi juga mengganggu kesehatan mental.
Ahli kesehatan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) mengingatkan perihal bahaya krisis kesehatan mental. Hal ini disebabkan oleh banyaknya orang di seluruh dunia yang menghadapi kematian, isolasi dan kemiskinan karena virus corona.
Direktur departemen kesehatan mental Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Devora Kestel mendorong negara-negara untuk turut mempertimbangkan soal kesehatan mental dalam kebijakannya.
Dalam sebuah laporan menunjukkan adanya peningkatan kasus dan parahnya penyakit mental. Misalnya saja kasus kekerasan dalam rumah tangga, yang terjadi di berbagai daerah.
Di Indonesia sendiri, Kepala Staf Presiden Moeldoko mengungkapkan bahwa sejak 16-30 Maret 2020, tercatat ada 59 kasus kekerasan, perkosaan, pelecehan seksual, dan pornografi yang dicatat oleh Asosiasi Perempuan Indonesia untuk Keadilan (APIK).
Sementara di Amerika Serikat (AS), beberapa tenaga medis mengalami kombinasi gangguan panik, kecemasan, insomnia, hingga mimpi buruk.
Pasalnya, mereka harus terus berhadapan dengan pasien corona yang setiap harinya bertambah. Belum lagi dengan banyaknya pasien yang meninggal dunia.
"Isolasi, ketakutan, ketidakpastian, dan gejolak ekonomi, ini semua berpotensi menyebabkan tekanan psikologis," ujar Devora yang dikutip dari Reuters.
"Kesehatan mental dan kesejahteraan seluruh komunitas masyarakat telah sangat terkena dampak krisis ini dan harus segera ditangani," sambungnya.