Ketahui Risiko, Efek Samping, dan Bahaya Aborsi, Pikir Lagi Sebelum Melakukannya

- Kamis, 27 Agustus 2020 | 15:14 WIB
Ilustrasi tindakan aborsi (newsbusters.org)
Ilustrasi tindakan aborsi (newsbusters.org)

Praktik aborsi masih sangat banyak terjadi, termasuk di Indonesia. Aborsi merupakan tindakan menggugurkan kandungan dengan alasan kondisi tertentu, entah itu karena keguguran, kondisi kesehatan si ibu terancam, atau hamil di luar nikah yang dianggap sebagai aib.

Tindakan aborsi berisiko tinggi dan menimbulkan efek samping bagi wanita, jika tidak dilakukan oleh dokter ahli yang memiliki keahlian mumpuni.

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) tindakan aborsi dikategorikan tidak aman, jika dilakukan oleh orang yang tidak memiliki pengetahuan atau keterampilan medis yang layak, termasuk fasilitas medis sesuai standar kesehatan.

Risiko dan bahaya aborsi ilegal bagi perempuan bisa berujung pada kematian. WHO mencatat, sebagian besar pelaku aborsi ilegal mengalami kehamilan yang tidak diinginkan, biasanya akibat hubungan seks di luar nikah.

Walau begitu, aborsi lewat jalur medis resmi maupun ilegal tetap berpotensi menyebabkan risiko dan bahaya aborsi yang serius dan harus disadari semua wanita sebelum benar-benar yakin akan melakukannya.

Risiko dan Efek Samping Aborsi yang Dialami Wanita

Meski pada dasarnya aborsi tidak disarankan, namun beberapa kondisi tertentu mengharuskan wanita untuk melakukan aborsi, apalagi jika itu berkaitan dengan kondisi kesehatan si wanita.

Aborsi bukanlah suatu keputusan yang mudah. Banyak pertimbangan disertai alasan kuat untuk meyakinkan diri akan aborsi. Efek samping aborsi yang dialami wanita termasuk salah satu pertimbangannya.

Kondisi kesehatan fisik dan psikologis si perempuan yang melakukan aborsi adalah ancaman nyata dari efek samping aborsi itu sendiri. Hingga yang terburuknya mengakibatkan kematian.

Berikut ini beberapa risiko dan efek samping aborsi, yang kemungkinan besar akan dialami perempuan setelah menggugurkan kandungan lewat jalur aborsi:

1. Pendarahan Hebat

-
Ilustrasi aborsi (motherjones.com)

Kebanyakan perempuan akan mengalami pendarahan hebat setelah melakukan praktik aborsi. Ini merupakan efek aborsi serius yang biasa disertai demam tinggi dan gumpalan darah yang lebih besar dari ukuran bola golf.

Pendarahan hebat ini bisa berlangsung selama 2 jam atau bahkan lebih. Saking derasnya aliran darah itu, kamu sampai perlu mengganti pembalut lebih dari dua kali dalam satu jam, selama dua jam berturut-turut.

2. Infeksi Parah di Rahim

-
Ilustrasi tindakan aborsi (newsbusters.org)

Dalam banyak kasus, salah satu risiko tinggi aborsi yaitu timbulnya infeksi parah di saluran tuba, rahim, dan panggul. Infeksi ini berlangsung selama 3 hari atau lebih.

Efek aborsi seperti infeksi ini biasanya disertai dengan kondisi-kondisi lain, seperti payudara yang terasa sangat sakit, kram perut, mual dan muntah, hingga kelelahan berlebihan.

Sakit kepala, nyeri otot, pusing, tidak enak badan, demam tinggi (di atas 38 derajat Celcius) termasuk juga tanda-tanda infeksi setelah aborsi.

Halaman:

Editor: Administrator

Terkini

10 Dampak Negatif Polusi Udara Terhadap Kesehatan

Selasa, 26 Maret 2024 | 06:20 WIB
X