Seberapa Efektifkah Pemakaian Masker Pada Polusi Udara

- Senin, 12 Agustus 2019 | 14:24 WIB
Reuters/Siphiwe Sibeko
Reuters/Siphiwe Sibeko

Polusi udara adalah ancaman kesehatan di banyak negara. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sekitar 6,5 juta kematian setiap tahun terkait dengan polusi udara. Bahkan, 9 dari 10 orang di seluruh dunia tinggal di kota yang udaranya tidak bersih bagi manusia.

Kondisi ini tentunya perlu diantisipasi oleh setiap orang, terutama yang tinggal di daerah perkotaan seperti Jakarta. Hasil penelitian terbaru menyebutkan bahwa kualitas udara di perkotaan seperti Jakarta masih jauh dibawah standard yang ditetapkan WHO, bahkan hingga 4,5 kali lebih buruk.

Tingkat polusi udara pada dasarnya adalah hal yang sulit dibendung, bagaimana tidak, hampir setiap hari volume kendaraan dan tingkat kemacetan di perkotaan meningkat, industri dan pabrik makin menjamur, hingga pembangunan-pembangunan yang menutup ruang terbuka hijau. Akibatnya setiap tahun terjadi peningkatan polusi udara yang signifikan.

Seperti kita ketahui, polusi udara seperti asap kendaraan bermotor, asap rokok, dan asap hasil industri sangat berbahaya bagi tubuh. Partikel polusi udara yang berukuran lebih kecil dari 2,5 mikron (PM 2,5) dapat dengan mudahnya masuk ke saluran pernapasan dan paru-paru saat kita menghirup udara.

Kemampuan masker untuk mengurangi efek buruk polusi udara tergantung dari beberapa faktor, yaitu jenis polutan yang dihirup, jenis masker yang digunakan, dan bagaimana masker digunakan. 

Jenis masker yang baik digunakan untuk membantu mengurangi paparan polusi udara ke dalam tubuh adalah jenis masker yang lebih rapat, dan memiliki pelapis filter, sehingga memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menyaring debu dan polutan.

Penggunaan masker wajah di dunia, khususnya di Asia—baik itu masker bedah, masker kain atau masker berbentuk moncong atau N95—dinilai tak sepenuhnya efektif melindungi diri dari polusi udara.

Temuan tersebut diambil dari laporan penelitian terbaru yang dilakukan tim peneliti University of Massachussetts, AS dengan sampel masker wajah di Kathmandu, Nepal. 

Menurut Richard Peltier, penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui lebih jauh seefektif apa masker wajah yang dikenakan sebagai pelindung dari polusi udara. Dia mengaku takjub karena selama ini belum pernah ada penelitian ilmiah yang fokus mendalami hal ini. 

Richard menambahkan, beberapa orang malah beranggapan mereka terlindungi di manapun berada, padahal nyatanya tidak demikian. Meskipun mengenakan masker, mereka tidak sepenuhnya terlindungi karena masker ini tidaklah seefektif yang diharapkan. 

"Pemakai masker yang berdiri di samping truk berbahan bakar diesel mungkin berpikir mereka aman, padahal tidak, justru masih berisiko,” ujar Richard.

Mengingat hal tersebut, kata dia, menjadi sangat penting kemudian untuk mengedukasi masyarakat akan efektif atau tidaknya pemakaian masker wajah ini. 

"Butuh usaha lebih keras dari badan kesehatan untuk edukasi masyarakat akan hal ini, bahwa masker yang mereka kenakan belumlah efektif sebagai pelindung dari polusi udara. Masker ini memang mengurangi kemungkinan terkena polusi udara secara langsung, tapi mereka masih tetap berisiko," kata Richard. 

Seperti dilansir di laman VOANews, Richard mengatakan bahwa penggunaan masker jenis apapun hanya memberikan rasa aman yang semu. Kamu mungkin merasa terlindungi, meski kenyataannya masker hanya menurunkan sedikit risiko.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

Hindari 4 Makanan ini Saat Kamu Anemia!

Selasa, 23 April 2024 | 16:00 WIB
X