Bener Enggak Sih Garam Pink Himalaya Baik untuk Penderita Hipertensi? Ini Kata Dokter

- Jumat, 24 Februari 2023 | 23:25 WIB
Ilustrasi garam himalaya (Freepik/8photo)
Ilustrasi garam himalaya (Freepik/8photo)

Garam pink Himalaya atau Himalayan pink salt menjadi tren di kalangan ibu-ibu. Jenis garam ini dipercaya menjadi alternatif yang lebih sehat untuk garam dapur.

Lantas, gimana pengaruhnya dengan hipertensi? Sekretaris Jenderal Indonesian Society of Hypertension (InaSH) dr Djoko Wibisono, SpPD-KGH mengatakan produk alternatif hendaknya dipilih melalui bukti penelitian.

Dr Djoko mengatakan, dalam garam himalaya tidak mengandung natrium, melainkan tinggi kalium. Kandungan ini ungkapnya bisa membantu menurunkan tekanan darah.

Baca juga: Restoran Arizona Bikin Heboh karena Minta Pengunjung Jilat Dinding dari Garam Himalaya

"Garam Himalaya itu tidak mengandung natrium tapi mengandung kalium dan bukan sodium. Kalau kita mengonsumsi kalium, itu turut membantu menurunkan tekanan darah sehingga nilai asinnya itu sedikit kurang tajam tapi tetap ada rasanya," ujarnya dalam acara 17th Scientific Meeting Indonesian Society of Hypertension (InaSH) 2023 di Hotel Ritz-Carlton Kuningan, Jumat (24/2/2023).

Lebih lanjut dr Djoko mengatakan, karena mengandung kalium tinggi, maka garam himalaya boleh dikonsumsi penderita hipertensi.

"Sehingga ya boleh-boleh saja karena tidak mengandung natrium tapi potasium dan kalium," imbuhnya.

-
Ilustrasi garam himalayan (Freepik/8photo)

Meski diperbolehkan, bukan berarti garam himalaya aman sepenuhnya dikonsumsi. Tetap diperlukan konsultasi lanjut dengan dokter.

Baca juga: Selain Bikin Masakan Enak, Garam Himalaya Memiliki Manfaat Kesehatan, Apa Saja ya?

Selain itu, mengonsumsi garam himalaya dengan jumlah berlebih juga bisa menjadi bumerang bagi penderita ginjal akut. Bahkan, jika konsumsinya tidak dikontrol, bisa berpengaruh ke organ lain seperti jantung.

"Tapi kalau kita sudah mengalami penyakit ginjal kronis itu hati-hati karena kelebihan kalium itu juga berbahaya. Garam tidak bisa dibuang melalui ginjal, jadi tetap ada di dalam darah atau hiperkalemia," jelasnya.

"Kondisi itu juga tidak bagus bisa berdampak ke negatif terhadap jantung," pungkas dr Djoko.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

X