Masih dalam bulan disabilitas yang diperingati pada 3 Desember 2022 lalu, salah satu platform yang mendukung penyandang disabilitas dalam bekerja, Parakerja, mengajak masyarakat mengenal budaya tuli.
Mewakili Parakerja, Muhammad Andika Panji, SH, mengatakan, tuli adalah sebuah identitas untuk memahami dan mengenali cara berkomunikasi dari teman tuli.
"Tuli ini adalah sebuah identitas dan budaya bagi kami. Masyarakat tuli lebih nyaman untuk dipanggil ‘tuli’, tapi kebanyakan ada beberapa yang masih menggunakan kata tunarungu," ucap Panji melalui penerjemah bahasa isyarat dalam media gathering, Kamis (15/12/2022) kemarin.
Baca Juga: Asal-usul Bahasa Isyarat, Cara Komunikasi Teman Tuli
Panji menjelaskan, penggunaan kata tunarungu merupakan perspektif medis atau kedokteran. Kata tuli hingga saat ini, memang belum digunakan secara resmi di dalam Undang-undang. Sehingga, komunitas tuli masih memperjuangkan kata tersebut, untuk masuk di dalam Undang-undang.
"Saat saya sudah jadi advokat, itu mungkin bisa jadi bahan untuk mengadvokasi pemerintah dan yang lain, karena itu termasuk ke dalam hal teman-teman tuli juga untuk dalam penyebutannya," katanya.
Lebih lanjut, Panji menjelaskan, teman tuli memiliki beberapa budaya yang perlu diketahui masyarakat umum. Antara lain:
Baca Juga: Pesan Tersembunyi dari Lagu "Usik" Feby Putri untuk Budaya Tuli
1. Panggilan Isyarat
Kelompok disabilitas tuli memiliki panggilan antar teman menggunakan bahasa isyarat.
2. Cara Memanggil Teman Tuli
Panji menjelaskan, cara memanggil teman tuli yakni dengan menepuk salah satu bagian punggung mereka. Nah, sementara untuk panggilan antar teman dekat, bisa menggunakan flash handphone.
3. Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo)
Panji menuturkan, bahasa isyarat yang digunakan masyarakat tuli di Indonesia, yaitu Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo). Bahasa isyarat ini, kata Panji, dibuat dengan melibatkan komunitas tuli secara langsung dan berdasarkan riset.