Komedian Nunung Terjerat Narkoba, Ini Dampaknya Pada Saraf

- Senin, 22 Juli 2019 | 11:25 WIB
(photo/Instagram/triretnoprayudati_nunung/dok.Ist)
(photo/Instagram/triretnoprayudati_nunung/dok.Ist)

Polisi menangkap komedian Tri Retno Prayudati alias Nunung terkait penyalahgunaan narkoba jenis sabu seberat 0,36 gram. Nunung ditangkap bersama suaminya bernama July Jan di rumahnya di kawasan Jakarta Selatan pada Jumat (19/7/2019).

Dalam dunia kesehatan, narkoba yang merupakan senyawa psikotropika dipakai membius pasien saat hendak dioperasi atau obat-obatan untuk penyakit tertentu. Namun, kini persepsi itu disalahartikan akibat pemakaian di luar peruntukan dan dosis yang semestinya.

Narkoba singkatan dari narkotika dan obat atau bahan berbahaya. Selain “narkoba”, istilah lain yang dipergunakan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia adalah Napza yang merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat adiktif. 

Semua istilah ini, baik “narkoba” ataupun “napza”, mengacu pada kelompok senyawa yang umumnya memiliki risiko kecanduan bagi penggunanya.

Umumnya narkoba berpengaruh terhadap sistem saraf baik itu jenis Ekstasi, Sabu-sabu, Nipam dll. Lalu, apa pengaruhnya narkoba terhadap sistem saraf? Dalam hal ini adalah sistem saraf pusat yang berada pada organ yang disebut otak dan secara fungsional disebut brain system? Ada empat macam obat yang dapat berpengaruh terhadap sistem saraf, yaitu:

1. Sedatif, yaitu golongan obat yang dapat mengakibatkan menurunnya aktivitas normal otak. Contohnya valium.

2. Stimulans, yaitu golongan obat yang dapat mempercepat kerja otak. Contohnya kokain.

3. Halusinogen, yaitu golongan obat yang mengakibatkan timbulnya penghayalan pada si pemakai. Contohnya ganja, ekstasi, dan sabu-sabu.

4. Painkiller, yaitu golongan obat yang menekan bagian otak yang bertanggung jawab sebagai rasa sakit. Contohnya morfin dan heroin.

Dalam kasus Nunung, komedian Srimulat ini telah memakai narkoba jenis sabu sejak 20 tahun lalu. Hal itu diakui Nunung dalam pemeriksaan di Polda Metro Jaya.

Pakar kesehatan menjelaskan efek jangka panjang narkoba secara perlahan bisa merusak sistem saraf di otak mulai dari ringan hingga permanen. Saat penggunaan narkotika, muatan listrik dalam otak berlebihan, jika sudah kecanduan, maka lama kelamaan saraf bisa rusak. 

Dalam penelitian tentang narkoba, hampir semua jenis barang haram berpengaruh terhadap sistem saraf pusat. Narkoba bereaksi terhadap otak dan dapat mempengaruhi pikiran seseorang yaitu perasaan atau tingkah laku. 

Mengonsumsi narkotika secara terus-menerus menyebabkan peningkatan toleransi tubuh sehingga pemakai tidak dapat mengontrol penggunaannya dan cenderung untuk terus meningkatkan dosis pemakaian sampai akhirnya tubuhnya tidak dapat menerima lagi. Ini yang disebut overdosis.

Dampak terbesar terhadap sistem saraf manusia akan mengalami kerusakan permanen dan sulit untuk diperbaiki. Untuk itu diharapkan kepada masyarakat untuk tidak mengonsumsi narkotika, karena sangat berbahaya bagi kesehatan.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

Hindari 4 Makanan ini Saat Kamu Anemia!

Selasa, 23 April 2024 | 16:00 WIB
X