Mengenal Apa Itu Stockholm Syndrome

- Minggu, 2 Agustus 2020 | 08:00 WIB
Ilustrasi disandera (Freepik)
Ilustrasi disandera (Freepik)

Stockholm Syndrome berkaitan dengan situasi psikologis seseorang pasca peristiwa penculikan dan situasi penyanderaan (trauma akibat diculik). Selain dari kasus kejahatan, orang-orang juga dapat mengembangkan kondisi psikologis ini sebagai respons terhadap berbagai jenis trauma.

Apa itu Stockholm Syndrome?

-
Ilustrasi disandera (Freepik)

Stockholm syndrome adalah respon psikologis. Ini terjadi ketika seseorang disandera atau diculik dan pelaku melecehkan mereka.

Hubungan psikologis in berkembang selama berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun dalam penawanan atau pelecehan.

Sindrom ini akan menyebabkan para sandera atau korban pelecehan bersimpati terhadap pelaku.

Seiring berjalannya waktu, para korban akan mengembangkan perasaan positif terhadap penculiknya. Mereka bahkan mungkin mulai merasa seolah-olah mereka memiliki tujuan dan sebab yang sama.

Korban mungkin akan mengembangkan perasaan negatif terhadap polisi atau pihak berwenang. Mereka juga akan membenci siapap pun yang mencoba membantu mereka melarikan diri dari situasi berbahaya yang mereka hadapi.

Sindrom ini tidak terjadi pada setiap sandera atau korban, dan belum jelas mengapa hal ini bisa terjadi.

Gejala-gejala Stockholm Syndrome

-
Ilustrasi simpati (Freepik)

Stockholm syndrome dikenali dengan tiga peristiwa atau gejala yang berbeda yaitu:

  • Korban mengembangkan perasaan positif terhadap orang yang menahannya atau menghina mereka.
  • Korban mengembangkan perasaan negatif terhadap polisi, pihak otoritas, atau siapa saja yang mungkin berusaha membantu mereka menjauh dari penculiknya. Mereka bahkan mungkin menolak untuk bekerja sama melawan penculiknya.
  • Korban mulai memahami kemanusiaan penawan mereka dan percaya bahwa mereka memiliki tujuan dan nilai yang sama.

Perasaan ini biasanya terjadi karena situasi emosional dan beban yang terjadi selama situasi penyanderaan.

Sebagai contoh, orang yang diculik atau disandera sering merasa terancam oleh penculiknya, tetapi mereka juga sangat bergantung pada mereka untuk bertahan hidup.

Jika penculik atau pelaku menunjukkan kebaikan kepada mereka, mereka mungkin mulai merasakan perasaan positif terhadap penculiknya.

Perawatan Stockholm Syndrome

-
Ilustrasi terapi (Freepik)

Jika kamu atau seseorang yang kamu kenal menderita sindrom ini, kamu dapat mencari bantuan.

Dalam jangka pendek, konseling atau perawatan psikologis untuk gangguan stres pasca-trauma dapat membantu meringankan masalah langsung yang terkait dengan pemulihan, seperti kecemasan dan depresi.

Psikoterapi jangka panjang dapat lebih lanjut membantu kamu atau orang yang kamu cintai untuk pulih.

Halaman:

Editor: Administrator

Terkini

7 Cara Efektif Mengatasi Rasa Ngantuk saat Bekerja

Selasa, 16 April 2024 | 20:43 WIB
X